Extra Chapter

18.7K 525 9
                                    

Dua tahun kemudian.

"Manja banget sih kamu, ngelebihin manjanya Bunda," gumam Maya tatkala melihat tingkah anak bungsunya yang asik nemplok di bahu kekar Gerry.

"Manja banget sih kamu, ngelebihin manjanya Bunda," gumam Maya tatkala melihat tingkah anak bungsunya yang asik nemplok di bahu kekar Gerry

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"Nda, cucu!" seru seorang batita laki-laki seraya merangkak cepat menuju Maya.

Maya meraihnya ke atas pangkuannya, mendudukkan anak keduanya dengan nyaman. Sementara itu, anak pertamanya, tengah asik dengan dunianya sendiri.

"Ya ampun, anak ciapa itu? Masih kecil, udah rajin baca buku." ujar Maya seraya menatap anak pertamanya yang tengah duduk tak jauh darinya seraya membaca sebuah buku dongeng.

Gerry terkekeh kecil. "Anak siapa lagi kalau bukan anak Ayah Gerry ya 'kan?" sahutnya dengan nada sombong.

Maya menatap Gerry jengah. "Nggak ya, dia anak aku. Ingat, dia lahir dari perutku!" balasnya tak mau kalah.

Gerry mendengus pelan. "Dia nggak ingat apa ya? Padahal aku yang bikin anak-anak hadir disini. Aku itu investor terkuat!" gumamnya sepelan mungkin.

•••

Beberapa tahun kemudian.

Maya menatap jengah kedua anak berusia 8 tahun yang tengah berebut sebuah mainan. Wanita itu melirik anak sulungnya yang duduk anteng tanpa menghiraukan keributan yang diciptakan oleh kedua kembarannya.

"Bunda! Bang Arsa nakal! Dia rebut mainan aku!" teriak anak perempuan dengan suara lengkingnya.

"Dasar tukang ngadu!" sahut anak laki-laki bernama Arsa.

Tepat delapan tahun yang lalu, Maya berhasil melahirkan ketiga anak kembarnya. Arka, Arsa, dan Ara.

Rasanya kepala Maya akan pecah. Wanita itu mencoba memisahkan kedua anaknya yang masih asik berebut mainan.

Sosok Gerry pun muncul saat pria itu mendengar teriakan anak bungsunya. Pria itu merangkul bahu Maya.

"Ada apa ini? Kenapa Ara teriak-teriak sayang?" tanya pria itu lembut.

Sontak mendengar suara sang Ayah, anak perempuan yang tadi berteriak pun beringsut menghampiri Gerry dan memeluk kaki jenjang Gerry manja.

"Bang Arsa nya nakal Ayah," gumam anak perempuan itu mengadu pada Ayahnya.

Anak laki-laki bernama Arsa, memasang wajah masam. Dia memilih mendekati Kakak kembarannya-Arka.

"Arka! Arsa! Ayo kita main basket! Aku punya bola basket baru lho.." seru anak laki-laki yang entah sejak kapan sudah berdiri di depan halaman rumah Maya.

"Ayo!" seru Arsa dengan wajah kembali cerah.

"Aku mau ikut! Mau ikut!!" sahut Ara dengan suara keras.

Arsa menoleh sinis pada adik kembarnya. "Kamu nggak boleh ikut. Nanti jatuh, terus nangis!" serunya menggebu-gebu.

Ara memasang wajah cemberut bersiap mengeluarkan tangisan andalannya.

"Kamu boleh ikut, tapi janji jangan cengeng." ujar laki-laki yang mengajak Arka dan Arsa bermain basket.

Ara mengangguk patuh. Anak perempuan itu beringsut mendekati Naka-anak laki-laki yang berucap tadi.

"Bunda titip Ara ya, Naka," ujar Maya kepada Naka.

Maya yakin jika Arka-anak pertamanya jika sudah bermain selalu fokus dan mengabaikan sekitar. Sementara itu, Arsa-anak keduanya tidak dapat diandalkan untuk menjaga Ara. Hanya Naka yang Maya percayai saat ini, untuk menjaga anak bungsunya untuk ikut bermain.

Naka menoleh seraya mengangguk kecil. "Siap Bunda!" serunya.

Maya tersenyum kecil melihat kepergian anak-anak itu. Wanita itu menoleh saat merasakan tatapan Gerry yang entah sedang memikirkan apa.

"Kenapa? Kok lihatnya gitu banget," tanya Maya dengan raut penasarannya.

Gerry mengusap dagunya pelan. "Hm, kayaknya saat besar nanti, Naka bisa menjadi kandidat terkuat untuk calon pacar Ara." ucapnya dengan santai.

Maya menggeplak lengan suaminya agak keras.

"Ugh, senang banget sih main tangan May," ringis Gerry sembari mengusap lengannya.

Maya memutar mata jengah. "Lagian, kamu pikirannya terlalu jauh. Mereka masih kecil, nggak ada ya pacaran pacaran gitu!" ucapnya dengan wajah galak.

Gerry terkekeh kecil melihat punggung Maya yang perlahan hilang memasuki rumah.

🐅Jangan lupa vote dan komen🐅

Hi guys! Sebelumnya aku mau ngucapin terima kasih banyak buat para readers yang sudah berkenan membaca ceritaku! Untuk cerita Married with Playboy cukup sampai sini yaaa💗

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 11 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Married with Playboy (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang