Maya terdiam dengan ekspresi wajah mengernyit. Wanita berbadan dua itu tengah menerka-nerka, siapa perempuan yang memberi pesan kepada suaminya.
"Nanti aku tanya aja deh," gumamnya seraya menyimpan kembali ponsel milik Gerry.
Maya beranjak menuju ruang dapur. Wanita itu hendak membuat sajian untuk makan siang. Maya membuat menu makan siang yang simple.
Tak terasa sudah dua puluh menit berlalu Maya berkutat dengan kegiatannya di dapur. Hingga tiba-tiba sepasang lengan kekar melingkari perut buncit Maya.
"Sudah bangun?" tanya Maya basa-basi.
Gerry menenggelamkan wajahnya di ceruk leher Maya. "Hm," sahutnya dengan suara pelan.
"Cuci muka gih, aku sudah siapkan makan siang untuk kita." titah Maya sembari menuangkan hidangan yang telah jadi ke atas piring.
"Oke sayang," ujar Gerry seraya mengecup kilat pipi tembab Maya.
Maya tersipu hingga kedua pipinya memerah, kontras sekali dengan kulit wajahnya yang putih. Wanita itu tersenyum kecil. Berharap hal-hal kecil seperti ini selalu menghangati keluarga kecilnya kelak.
Maya pun segera beranjak menghampiri Gerry yang sudah duduk di meja makan. Maya dengan sigap mengambil piring untuk Gerry dan mengambil beberapa lauk.
Wanita itu sangat bersyukur karena Gerry-suaminya tidak pernah rewel tentang makanan. Pria itu selalu memakan masakan Maya tanpa pernah menjudge jika masakannya kurang enak dan sebagainya.
Karena itu pula, Maya menjadi lebih giat untuk belajar memasak. Maya ingin menjadi istri yang mampu diandalkan dalam segala hal.
•••
Hari sudah menjelang petang. Mentari sudah berada di ufuk barat. Meninggalkan semburan orange keindahan yang kerap kali orang-orang menyebutnya dengan 'senja'.
Meskipun hari sudah petang, tak menghentikkan kegiatan wanita berbadan dua yang tengah asik memberi asupan nutrisi untuk bunga-bunga anggreknya.
Gerry yang tengah duduk di sebuah kursi plastik yang memang tersedia di halaman belakang rumahnya itu, hanya dapat tersenyum simpul melihat kegiatan yang tengah dilakukan oleh istrinya.
"Masuk May, sudah mau malam. Jangan terlalu lama diluar, nggak baik buat Ibu hamil." ujar pria itu kemudian.
Maya menoleh sekilas pada Gerry. Wanita itu menuruti ucapan suaminya. Maya mematikan kran air. Maya berjalan menghampiri Gerry dengan perut buncitnya.
Gerry bangkit dari duduknya. Pria itu meraih pinggang Maya, menggiring istrinya masuk ke dalam rumah.
Waktu sudah menunjukkan pukul sembilan malam. Saat ini Maya dan Gerry tengah bersantai ria di ruang keluarga. Terlebih saat ini tengah hujan deras, momen yang sangat pas untuk menikmati hari bersama sang pujaan hati.
"Anak Ayah sedang apa di dalam?" gumam Gerry seraya mendekatkan telinganya pada perut buncit Maya.
Maya hanya melirik suaminya sekilas. Wanita itu tengah menikmati camilan khusus untuk Ibu hamil. Kedua matanya tak teralihkan dari tontonan drama yang berasal dari negara ginseng.
"Fokus amat," celetuk Gerry yang merasa diabaikan oleh Maya.
Maya tidak menggubris.
Gerry yang memang dasarnya jahil pun tersenyum culas. Pria itu merapatkan tubuhnya pada Maya. Kepala Gerry mengendus leher Maya, hingga wanita itu menghela napas kesal karena kegiatannya diganggu oleh Gerry.
"Ck, diam deh. Aku lagi nonton," geramnya dengan sinis.
Gerry tidak mengindahkan ucapan Maya. Pria itu sudah nyaman dengan posisi seperti ini.
Kapan lagi manja-manja sama istri, Gerry berujar dalam hati.
Maya hanya menghela napas pelan. Wanita itu mengusap rambut Gerry yang sudah terlihat agak lebat. Maya akan meminta Gerry agar suaminya itu segara memangkas rambutnya.
Suara derasnya hujan tak mampu menghilangkan rasa hangat di ruang keluarga itu. Maya ikut memejamkan kedua matanya tatkala rasa kantuk mulai menyerangnya.
Baru saja lima menit Maya memejamkan matanya, suara bunyi bel rumah terdengar beberapa kali. Maya membuka kedua matanya dan melirik Gerry yang masih nyaman dengan posisinya.
"Bangun Ger," gumam Maya seraya menepuk pelan pipi Gerry.
Gerry hanya bergumam tak jelas. Maya menghela napas sejenak.
"Kayaknya ada yang datang, bangun dulu!" gertak Maya sembari mencubit lengan kekar Gerry.
"Ck, siapa sih malam-malam yang datang? Ganggu aja!" gerutu Gerry seraya bangkit dari posisi nyamannya.
Gerry berjalan sedikit terhuyung mencoba mengumpulkan nyawanya. Maya tak tinggal diam, wanita berbadan dua itu mengikuti langkah suaminya dari belakang. Maya pun penasaran, siapa gerangan yang datang ke rumah mereka malam-malam seperti ini?
Gerry membuka pintu utama.
"Akhirnya! Aku udah nunggu lama di depan rumah kamu," ucap seorang wanita yang tiba-tiba memeluk Gerry erat.
Maya melongo ditempatnya.
Jadi, orang yang bertamu malam-malam dan mengganggu tidurnya ini ialah seorang wanita?! Lebih terkejut lagi tatkala Maya melihat jika perut wanita itu sama buncitnya dengan perutnya!
🐅Jangan lupa vote dan komen🐅
KAMU SEDANG MEMBACA
Married with Playboy (End)
General FictionKehidupan Maya terasa jungkir balik setelah perempuan itu terikat perjodohan konyol yang diusulkan oleh Oma-nya. Terlebih yang menjadi calon suaminya ialah Gerry si laki-laki playboy cap badak yang tak lain merupakan teman semasa SMA-nya dulu. Kira...