Bitter : 49. Debate

2.7K 578 116
                                    

"Kau belum boleh pulang."

Lalice menegakkan tubuhnya karena frustasi mendengar kalimat penolakan dari Bae Joohyun yang sampai saat ini belum pernah Lalice panggil sebagai ibu.

Bagaimana Lalice tidak frustasi. Ia sudah berada di rumah sakit selama 1 bulan, 2 minggu, 5 hari, 2 jam, 10 menit, 50 detik. Menarik napasnya dalam, Lalice benar-benar menghitung waktunya di dalam ruangan itu selama ini.

"Dokter itu bahkan sudah mengizinkannya! Apakah tidak ada yang mengerti bahasa manusia?" Kalimat Lalice kali ini cukup membuat beberapa anggota keluarganya tercegang, tentu saja kecuali Jennie. Karena gadis itu sudah cukup mengenal adiknya ketika sedang marah.

"Dia memang punya darah tinggi, Eomma. Jadi maklumi saja." Jennie berbisik di telinga ibunya. Semoga saja ibunya itu tidak tersinggung.

Bae Joohyun tampak menghela napas. Entah sudah berapa lama ia berdebat dengan Lalice mengenai ini. Anak bungsunya itu sama sekali tak mau menuruti perkataannya dan terus keras kepala.

"Aku tidak mau di bantah. Kau tidak boleh pulang sekarang." Joohyun terus melarang Lalice pulang walaupun Dokter sudah mengizinkan tentu ada alasannya.

Wanita itu terlalu takut jika tiba-tiba kondisi Lalice menurun seperti beberapa waktu lalu. Di rumah, tidak akan ada yang sigap menangani. Berbeda dengan rumah sakit yang bersedia direpotkan 24 jam.

"Memangnya kau siapa? Ini tubuhku, dan aku yang---"

"Aku ibumu."

Mendengar kalimat pendek Joohyun itu bibir Lalice langsung mengatup. Mendadak bicara di dalam hati.
"Benar juga."

Tapi Lalice tidak mau menyerah untuk memperjuangkan kepulangannya. Jika terus berada disini, ia akan mati kebosanan. Juga, ada yang harus dia urus di luar rumah sakit segera.

"Biarkan dia pulang." Suara berat itu tiba-tiba terdengar untuk mendukung keinginan Lalice.

"Appa!"

"Aboenim!"

Suara Joohyun dan Junmyeon serentak memprotes titah dari Kim Jongsu itu yang justru mendukung keinginan Lalice.

"Kalian ingin memperlakukannya seperti Jennie? Biarkan dia pulang. Aku akan mengutus Dokter untuk memeriksanya setiap hari." Ucapan Ki Jongsu itu terdengar sedikit janggal untuk Lalice.

"Memangnya kita akan pulang kemana?" tanya Lalice berbisik pada Jennie di sampingnya.

"Rumah," jawab Jennie singkat.

"Rumahmu?" Kedua mata Lalice tampak melotot. Sepertinya dia tidak terima dengan keputusan ini.

Lalu Jennie tampak menggeleng pelan.
"Rumah kita."

Tunggu! Lalice menggeleng. Bukan ini yang dia inginkan. Dia sama sekali tidak berniat untuk pulang ke rumah keluarga itu. Dia punya rumahnya sendiri. Niatnya tentu saja kembali ke apartement yang diberikan oleh NIS.

Jika dia pulang ke rumah keluarga itu, mana mungkin Lalice bisa keluar seenaknya. Tentu penjagaan disana lebih ketat.

Lagi pula, Lalice masih merasa canggung dengan keluarga konglomerat itu. Ia tidak bisa beradaptasi dengan mereka. Jika akhirnya akan seperti ini, seharusnya Laice memilih kabur saja sedari kemarin.

"Baiklah. Kau akan pulang sore nanti." Sial. Kali ini Lalice tidak suka dengan perkataan Joohyun yang hendak mengizinkannya pulang.

..........

Keluar dari mobil hitamnya, Han Suzy berjalan memasuki gedung rumah sakit dengan beberapa kertas di tangannya.

Siang ini Lalice menghubunginya dan menyuruh gadis itu untuk berkunjung. Tentu tidak dengan tangan kosong, Lalice meminta Suzy membawakannya sesuatu.

Bitter ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang