Laju mobil berwarna hitam itu sangat kencang melewati mobil-mobil lain. Padahal Lalice sendiri tidak tahu tujuan akhirnya kemana. Ia hanya kalut karena ketiga manusia kesayangannya tidak bisa dihubungi.
Sampai akhirnya Lalice terpikirkan oleh satu nama yang mungkin bisa memberinya jalan keluar. Ia segera meraih ponselnya dan mendial nomor orang itu.
Cukup lama Lalice harus menunggu orang itu untuk menerima panggilannya. Hal itu membuat Lalice semakin tidak bisa tenang.
".... Lalice." Akhirnya, setelah percobaan ketiga, panggilan telepon itu diterima.
Lalice mengerjitkan dahi ketika suara Suzy terdengar tidak seperti biasanya. Gadis itu seperti kelelahan, dan suaranya sangat lemas.
"Unnie, kakakku dan kedua sahabatku tidak bisa dihubungi. Kau tahu berita tentang---"
"Jangan pergi kemana pun--- Bruk!" Terdengar suara pukulan di seberang sana sebelum Suzy menyelesaikan kalimatnya untuk Lalice.
"Unnie, wae geure? Kau baik-baik saja?" Lalice khawatir, hingga memilih menepikan mobilnya.
Tidak ada jawaban dari Suzy, membuat Lalice semakin dilanda kekhawatiran. Ia menduga ada sesuatu yang terjadi pada gadis itu.
"Suzy Unnie---"
"Ugh! Mereka menginginkanmu. Pergi sejauh mungkin, Lalice. Pergi---" Sambungan telepon itu terputus. Lalice hanya bisa melemas di tempatnya tanpa bisa melakukan apa pun.
Kemudian suara panggilan di ponselnya terdengar. Itu dari ibunya, tapi Lalice sama sekali tidak berniat mengangkatnya. Ia sibuk berpikir apa yang harus ia lakukan. Keberadaan Jennie, jisoo, dan Rosé masih abu-abu, sedangkan kini Suzy pun demikian dan keadaannya tampak mengkhawatirkan.
Suara dering panggilan di ponselnya berhenti. Terganti oleh dering pesan yang berbunyi berkali-kali hingga membuat kepala Lalice pusing.
Gadis itu bergerak hendak mematikan ponselnya, tapi dari sekian banyak pesan yang tampak ada satu nomor mampu menarik perhatiannya.
Ia membuka pesan dari nomor tanpa nama itu. Kemudian rasa marah yang tak terkira menghampiri perasaan gadis berambut abu itu. Di dalam pesan yang baru saja ia buka, terdapat sebuah video singkat yang menampilkan sosok Jisoo, Jennie dan Rosé.
Ketiga gadis itu tampak sedang dipukuli dengan keadaan tangan diikat oleh rantai dalam posisi tubuh berdiri. Lalice bahkan hampir menjerit melihatnya.
Tak lama, layar ponselnya berganti menjadi sebuah panggilan dari nomor yang sama. Dengan tangan gemetar, Lalice menerima panggilan itu.
"Bagaimana, kau suka videonya?" Suaa ini terdengar tidak asing walaupun Lalice hanya pernah mendengarnya satu kali.
"Kau salah jika bermain-main denganku, tikus kecil. Jika saja kau tidak bertingkah, aku tidak akan berbuat sejauh ini... Arghh!" Terdengar suara jeritan seseorang yang sangat Lalice sayangi setelah suara pria itu terhenti.
Gadis itu menangis karena benar-benar tidak tahu apa yang harus ia lakukan. Jika ia bertindak ceroboh sedikit saja, nyawa Ketiga gadis itu akan dalam bahaya.
"Kau menginginkan apa?" Akhirnya Lalice memberanikan diri untuk bertanya.
"Hampiri aku." Lalice memejamkan mata karena frustasi dengan suara suara samar yang terdengar bersama So Jisub di seberang sana.
"Selain ketiga gadis ini, ada seseorang yang ingin bertemu denganmu juga."
"Lili, kau kah itu? Jangan dengarkan bajingan ini! Jangan kemari! Kau harus--- Arrghhh!" Itu suara Jennie. Lalice tidak tahu sedang diapakan kakaknya itu, tapi suara teriakannya mampu membuat seluruh tubuh Lalice bergetar.
![](https://img.wattpad.com/cover/214946390-288-k509294.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Bitter ✔
FanfictionSebuah kepahitan akan terasa manis dipandangan orang lain. Itulah hidup, setiap orang tidak akan bisa memandang kehidupan secara sama. Menilai adalah keahlian, namun meneliti adalah suatu keseganan untuk mereka. Kim Jisoo, Kim Jennie, Rosé Park, dan...