Jennie membuka pintu apartemen itu dengan cemas. Sejak pertemuannya dengan sang kakak tadi, gadis itu tak bisa tenang. Bukan karena tak percaya, tapi dia ragu jika Sehun benar-benar tak akan memberitahu orang tua mereka.
"Sudah pulang? Kami membeli ayam goreng, ayo makan." Jisoo yang melihat kedatangan Jennie dan Rosé langsung menawari mereka ayam goreng yang tadi dibelikan oleh Chanyeol saat dalam perjalanan pulang.
"Aku ingin bicara," Jennie menahan tangan Jisoo yang hendak memasukkan sepotong ayam goreng ke mulutnya sendiri. Mendesah kesal lalu terpaksa menjauhkan makanan yang menurutnya benar-benar enak di dunia itu dari mulutnya.
"Waeyo? Wajahmu terlihat gelisah, Unnie?" pertanyaan Lalice itu membuat Jennie menggigit bibir bawahnya. Dia menoleh pada Rosé yang sama-sama tampak tegang.
"Saat pulang bekerja tadi... Aku bertemu dengan kakakku." Ungkapan itu sontak membuat Jisoo terkejut bukan main. Sedangkan Lalice tampak masih santai dengan wajah datarnya.
"Tapi kenapa kau masih bisa sampai kemari? Apa Sehun Oppa tak memaksamu pulang?" tanya Jisoo menasaran. Dia sungguh melupakan ayam di tangannya saat ini.
"Dia bilang tak akan memberitahu orang tuaku, dan membebaskanku begitu saja. Tapi aku ragu. Kau tahu otaknya itu cerdas. Dia pasti akan menyeretku dari sini dengan cara lain." Semua terdiam mendengar ujaran Jennie, terkecuali Lisa. Gadis itu mengenyitkan dahi, sebelum akhirnya memilih meraih tissue untuk membersihkan tangannya. Lalu berjalan ke arah jendela apartemennya. Perlahan membuka tirai yang menutupi jendela itu.
"2877. Apakah itu nomor kendaraan kakakmu?" tebak Lalice dengan mata masih melihat pada jendela.
Jennie seketika berjalan cepat ke arah Lisa. Diikuti oleh Jisoo dan Rosé di belakangnya. Mereka sama-sama melihat apa yang kini Lisa tatap. Dan benar saja, ada sebuah mobil Audi R8 berwarna hitam pekat ada di bawah sana.
Kawasan ini adalah daerah cukup kumuh. Tak ada seseorang yang memiliki kendaraan dengan harga delapan miliar itu disini. Jadi, Lalice bisa dapat menyimpulkan jika itu adalah orang terdekat Jennie. Yang tentu saja memiliki barang-barang mewah seperti mobil itu.
"Aku sudah menduga jika dia mengikutiku." Desis Jennie kesal. Seharusnya dia mengikuti firasatnya jika Sehun pasti tak akan melepaskannya begitu saja.
"Ini bukan masalah serius. Jangan terlalu cemas, Jennie-ya." Sahut Jisoo santai, sembari kembali memakan ayam goreng yang selalu dia genggam sedari tadi.
"Bagaimana aku tidak cemas? Sehun Oppa bisa saja kemari dan membawa orang tuaku. Lalu kalian, pasti akan disalahkan oleh mereka atas perginya diriku." Ujar Jennie frustasi. Dia tahu, orang tuanya tak akan bisa mendengar penjelasan apa pun jika di mata mereka, orang itu memiliki kesalahan. Jennie hanya takut kalau ketiga teman yang sudah dia anggap saudara mendapat hal buruk yang sebenarnya karena keegoisan Jennie sendiri.
"Ini masalah kecil. Kita akan pindah besok. Dan... Kalian berdua bisa keluar dari pekerjaan itu."
Jennie dan Rosé saling pandang. Mereka tahu Lalice tak memiliki cukup uang untuk mencari tempat tinggal lain. Karena sepertinya tak ada tempat tinggal yang murah seperti gedung ini lagi, atau bahkan lebih buruk.
"Pindah kemana? Apa kita diusir dari sini?" tanya Rosé yang langsung memiliki pikiran buruk tentang ucapan Jisoo.
"Aniya. Aku dan Lili mendapatkan pekerjaan baru yang lebih menghasilkan. Jadi kalian tak perlu bekerja lagi. Cukup diam di rumah dan buat masakan yang enak untuk kami." Jisoo mulai melangkah kembali ke meja makan untuk mengambil potongan ayam yang baru.
"Pekerjaan apa?" tanya Jennie penuh selidik. Rasanya sangat aneh ketika mereka baru saja mendapat pekerjaan, namun sudah menghasilkan uang yang bisa digunakan untuk menyewa tempat tinggal baru.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bitter ✔
FanfictionSebuah kepahitan akan terasa manis dipandangan orang lain. Itulah hidup, setiap orang tidak akan bisa memandang kehidupan secara sama. Menilai adalah keahlian, namun meneliti adalah suatu keseganan untuk mereka. Kim Jisoo, Kim Jennie, Rosé Park, dan...