Bitter : 7. Meet Her

10.7K 1.7K 192
                                    

Pagi ini tampak tak seperti biasanya. Saat selesai mandi, Lalice sudah mendapati berbagai makanan tertata rapih di atas meja makan sederhana miliknya. Walaupun hanya sayur-sayuran, namun tampaknya sangat enak karena Lalice jarang memakan itu semua.

"Kajja, kau harus sarapan sebelum berangkat." Jennie menarik tangan Lalice untuk bergabung di meja makan.

"Eoh, kau memakai kalungnya?" tanya Jennie terkejut melihat Lalice memakai kalung yang dia temukan di kolong tempat tidur gadis itu. Namun Jennie sempat bingung karena Lalice menambahkan satu liontin disana. Bentuknya seperti gembok kecil tengan berlian biru di tengahnya.

"Ah, Nde. Kau yang menemukannya?" Lalice menyentuh kalung miliknya sejenak.

"Hm, kelihatannya itu mahal. Apakah sangat berarti untukmu?"

"Entahlah. Aku hanya tidak ingin menjualnya. Dia sudah menemani hidupku sedari bayi." Jawab Lalice membuat Jennie mengangguk paham.

Suasana menjadi hening. Setelah disiapkan oleh Jennie, Lalice memakan mangkuk berisi nasi dan beberapa sayuran. Gadis itu berdecak dalam hati merasakan betapa lezatnya makanan yang masuk ke dalam mulutnya saat ini.

"Apakah enak?" tanya Jisoo yang melihat dengan jelas betapa Lalice menikmati makanan itu.

"Eoh. Japchaenya enak. Siapa yang memasak ini?"

"Rosé-ssi yang memasaknya. Dia bilang kau menyukai itu." Mendengar jawaban Jisoo, mendadak Lalice menjadi sulit untuk menelan makanannya. Jadi dia memilih menyudahi makannya dan meminum segelas air putih yang tersedia.

"Sepertinya aku harus berangkat sekarang. Aku sudah terlambat."

Setelah kepergian Lalice secara mendadak, tiba-tiba Rosé menangis keras dengan makanan yang masih ada di mulutnya. Dia merasa, Lalice belum bisa memaafkan kesalahan fatalnya dulu. Dan hal itu sangat menyakitkan untuk Rosé.

"Sudahlah. Kami akan membantumu membuat Lalice luluh. Jangan menangis lagi," Jisoo mengusap bahu Rosé yang duduk di sampingnya.

........

Restaurant khusus seafood itu akan sangat ramai jika menjelang jam makan siang. Bahkan tak jarang para pembeli berebut kursi karena penuh. Dan tentu hal itu membuat Lalice dan para pekerja lainnya menjadi pusing.

Lalice dan beberapa temannya yang bertugas sebagai waiters tampak terus berjalan kesana kemari. Menanyakan makanan apa yang ingin di pesan oleh pengunjung.

"Ingin memesan apa, Nona?" tanya Lalice pada seorang gadis yang sedang duduk sembari membaca buku menu.

"Bukankah seharusnya kau tersenyum pada seorang pengunjung, Lalice?"

Mendengar nada yang terdengar akrab, Lalice mengerjit. Dia sungguh tak mengenal gadis berambut hitam itu. Karena selama beberapa tahun ini Lalice terus membatasi dirinya untuk berhubungan dengan orang lain.

"Maaf, apa kau mengenalku?" tanya Lalice berusaha mempertahankan sikap sopan santunnya.

"Woah! Kau melupakanku? Jeongmal?" gadis itu beranjak berdiri. Menangkupkan wajah Lalice tiba-tiba yang membuat gadis berambut ash gray itu tersentak.

"Aku ini Seulgi Unniemu. Kenapa kau bisa melupakanku dengan mudah eoh?" mendengar penjelasan gadis itu, mata Lalice tiba-tiba berbinar. Menjatuhkan buku cacatannya, dia menarik tubuh Seulgi ke dalam pelukannya.

Lalice benar-benar seperti sedang bermimpi. Di hadapannya saat ini adalah satu orang yang begitu berharga di hidupnya sebelum kedatangan Rosé.

Dia Seulgi. Satu-satunya orang yang ingin berdekatan dengannya di panti asuhan itu. Mengajarinya banyak hal dan selalu sabar dengan sikap pendiam Lalice. Dan gadis itulah yang perlahan membuat sikap Lalice berubah menjadi hangat.

Bitter ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang