Ruang makan di dalam mansion itu malam ini tampak ramai. Hanya menyisakan dua kursi kosong yang memang penghuninya tak ada di antara mereka.
"Kenapa kalian berdua tidak bisa di andalkan? Sama-sama menjadi Ayah yang bodoh." Kalimat pedas itu selalu Kim Minjun dan Kim Junmyeon dengar ketika berkunjung ke mansion orang tua mereka.
Kedua cucunya pergi karena kesalahan orang tua mereka, tentu Kim Jongsoo merasa begitu murka. Padahal, kedua cucu perempuannya itu sangat dia sayangi. Tapi kini mereka telah pergi, entah kemana dan tanpa jejak yang jelas.
"Minjun-ah, bukankah sudah kubilang? Jangan paksa anakmu untuk terjun ke dalam dunia yang tidak dia sukai. Dia memiliki hak untuk memilih." Minjun hanya mampu menunduk ketika amarah Ayahnya itu kini hanya tertuju padanya. Jika ada yang bertanya, dia menyesal atau tidak. Tentu dia sangat menyesal.
Mungkin saja jika dia memiliki dua anak seperti adiknya, Minjun tak akan melakukan hal kasar terhadap Jisoo dan lebih memberikan hak Jisoo untuk memilih. Namun dia terlalu takut jika tak memiliki penerus untuk perusahaannya kelak. Alhasil, dia harus mendidik Jisoo agar bisa menjadi seperti dirinya.
Tapi nyatanya anak sulung Kim Jongsoo itu salah. Dengan dia memperlakukan Jisoo bak robot, dia akan semakin kehilangan putrinya. Dan bahkan sampai sekarang, Jisoo menghilang karena ingin menggapai haknya untuk bebas memilih jalan hidup.
"Dan kau Junmyeon-ah. Jennie juga adalah remaja biasa. Dia butuh bersosialisasi dan menatap dunia luar. Tapi kau memperlakukannya seakan dia adalah peliharaanmu. Tak kau biarkan Jennie keluar dari sangkarnya sedikit pun."
Jongsoo benar-benar tak habis pikir sampai sekarang. Entah dia yang salah mendidik kedua anaknya atau bagaimana. Nyatanya mereka berada pada peran yang salah. Kim Minjun, tak pernah memberikan kasih sayang yang layak untuk Jisoo. Hanya terus menyakitinya lewat fisik mau pun perasaan. Sedangkan Junmyeon, terlalu menyayangi Jennie secara berlebihan. Yang juga tak berdampak baik pada Jennie sendiri.
"Abeoji, maaf. Kami seperti itu kepada Jennie karena---"
"Aku tahu, Joohyun-ah. Aku sangat tahu. Kalian sudah mengatakannya seribu kali. Tapi, yang kalian lakukan tetap saja salah." Jongsoo memotong pembelaaan menantunya dengan cepat. Membuat Joohyun hanya bisa menunduk dan meremas tangan suaminya.
Junmyeon menelan salivanya susah payah. Dia pikir, orang tuanya tak mengerti bagaimana perasaannya. Memperlakukan Jennie begitu protektif memang salah. Tapi di satu sisi, dia sulit sekali menghilanghal hal itu. Perasaannya selalu ketakutan, ketika melepaskan sang anak dari pantauannya.
"Lihat, sampai sekarang bahkan Jennie dan Jisoo tidak kembali. Bagaimana jika dia...."
"Jennie baik-baik saja. Dan kurasa Jisoo pun demikian." Junmyeon memotong ucapan sang ibu dengan tegas.
"Bagaimana kau tahu? Bahkan jejak terakhir kalinya pun kau tak tahu," ujar sang ayah sinis.
"Sehun sempat bertemu dengan Jennie di salah satu restaurant seafood. Dia juga tahu tempat tinggalnya. Tapi saat Sehun kesana untuk kedua kalinya, Jennie sudah pindah. Dia benar-benar tak mau pulang. Tapi Sehun mengatakan, bahwa keadaan Jennie sangat baik ketika itu." Junmyeon menjelaskan. Karena saat ini, keadaan Jennie tidak seperti apa yang orang tuanya bayangkan.
"Lalu kemana Sehun? Bukankah seharusnya dia disini dan menjelaskan semuanya?" tanya Minjun yang membuat adiknya harus menghela napas.
"Kau tahu, dia tak pernah datang jika kita makan malam seperti ini."
.......
Dibandingkan mendatangi mansion Kakek dan Neneknya untuk makan malam bersama, Sehun memilih mengunjungi sebuah mini market dan membeli sebuah ramen instan dan satu kaleng soda.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bitter ✔
Fiksi PenggemarSebuah kepahitan akan terasa manis dipandangan orang lain. Itulah hidup, setiap orang tidak akan bisa memandang kehidupan secara sama. Menilai adalah keahlian, namun meneliti adalah suatu keseganan untuk mereka. Kim Jisoo, Kim Jennie, Rosé Park, dan...