Pagi ini, warga Seoul begitu heboh. Bukan karena hujan badai yang mengguyur Seoul tadi malam. Bukan juga karena kasus pembunuhan di beberapa titik Seoul yang
diberitakan oleh media lokal. Tapi mereka terkejut karena sebuah berita yang diputar oleh media luar negeri.Melalui sumber video yang diunggah oleh sebuah website, media luar negeri itu memuat berita tentang permasalahan bus meledak beberapa waktu lalu yang menewaskan puluhan orang.
Video itu menampilkan bahwa ada seorang penyelinap yang masuk ke dalam gudang penyimpanan kendaraan milik Cyber Sky Company. Tak hanya itu, bukti foto bangkai bom rakitan di dalam bus juga cukup mengejutkan.
Semua merasa bingung, karena media lokal sama sekali tak memberitakan hal penting seperti itu. Polisi pun seakan sudah angkat tangan dan memilih membuat masyarakat berasumsi bahwa ledakan bus beberapa minggu lalu memang kesalahan teknis Cyber Sky.
"Brengsek!"
Prang!
Gelas itu ia lempar hingga membentur dinding. Membuatnya pecah berkeping-keping. Semua orang yang ada di ruangan itu sontak menunduk, takut.
"Bagaimana rekaman video itu ada? Bukankah kalian sudah mematikan seluruh CCTV di tempat itu? Juga, bagaimana ada yang bisa masuk dan memeriksa bus itu selain polisi?"
Niatnya untuk membuat Park Seojin jatuh, nyatanya berakhir gagal. Tentu saja Jisub sangat marah. Ia harus melihat dengan mata kepalanya sendiri, bahwa mantan sahabatnya itu harus jatuh hingga titik terdalam.
Ia ingin membuktikan, bahwa seseorang yang menghianati dirinya tak akan bisa hidup bahagia. Sampai kapan pun.
"Alamat IP website yang mengunggah video serta foto itu tidak bisa di deteksi. " Mendengar ucapan salah satu bawahannya, So Jisub mendadak pusing.
Bisa dipastikan, jika kini masyarakat mulai kembali memandang Cyber Sky Company. Dan rencananya untuk menghancurkan sahabatnya itu, gagal.
"Bagaimana dengan transaksi di dermaga?" Merasa percuma karena hanya membahas kegagalannya dalam menjatuhkan Cyber Sky Company, Jisub mengubah topik pembicaraannya.
Karena hari ini, ia akan melaksanakan transaksi jual beli narkotika jenis baru yang diam-diam diproduksi lelaki itu.
"Kami sudah menyiapkannya."
...........
Restaurant mewah itu sangatlah sepi. Hanya ada beberapa karyawan dan tiga orang lelaki yang mengisi private room.
Junmyeon sengaja menutup restaurant miliknya itu agar ia bisa berdiskusi dengan baik bersama dua pria yang duduk satu meja dengannya. Ia tak mau ada orang lain yang mendengar atau melihat.
"Jadi, pemilik Magnetism Service adalah So Jisub?" Pertanyaan tak percaya itu keluar dari bibir Kim Minjun.
Dengan berat, Park Seojoon mengangguk. Ia pun saat mengetahui bahwa pemilik Magnetism Service adalah So Jisub, amatlah terkejut. Apalagi, ia harus berhadapan langsung dengan lelaki itu.
Dahulu, keempatnya adalah teman baik semasa Junior High School sampai Senior High School bersama satu orang lagi yang kini tak pernah mereka jumpai. Bahkan banyak orang menjuluki mereka sebagai lima serangkai karena tak bisa terpisahkan walau berbeda kelas.
Tapi suatu hari, kesalahpahaman muncul. Mereka terpecah belah. Hingga pada titik akhir, Park Seojoon, Kim Minjun dan satu anggota lagi harus memilih berada di pihak Jumyeon atau Jisub.
"Aku kira dia sudah mati." Jumyeon meraih gelas berisi wine. Meneguknya satu kali, hingga menimbulkan rasa panas pada tenggorokannya.
"Mustahil. Dia tidak akan mati sebelum melihatmu hancur." Sahutan dari Seojeon membuat Junmyeon terkekeh.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bitter ✔
FanfictionSebuah kepahitan akan terasa manis dipandangan orang lain. Itulah hidup, setiap orang tidak akan bisa memandang kehidupan secara sama. Menilai adalah keahlian, namun meneliti adalah suatu keseganan untuk mereka. Kim Jisoo, Kim Jennie, Rosé Park, dan...