Waktu terus bergulir tanpa mau berhenti sejenak. Membiarkan cahaya matahari kini berganti dengan cahaya bintang dan bulan. Walau tak seterang matahari, namun keduanya mampu menghantarkan perasaam nyaman ke seluruh penghuni bumi.
Lelaki berjaket hitam itu masuk kembali ke dalam mobil setelah membeli dua cup ramen instan. Memberikannya satu pada Lalice yang duduk di samping kemudi.
Jungkook mulai merasa menyesal karena membawa Lalice pergi bersamanya untuk mengintai sebuah gedung yang dicurigai sebagai milik So Jisob. Melihat wajah lelah Lalice yang terpampang nyata, Jungkook ingin sekali membawa gadis itu pulang. Tapi mereka belum mendapatkan apa pun hari ini.
"Bagaimana jika ternyata gedung itu bukan milik So Jisub? Bukankah hanya kecurigaan saja?" tanya Lalice sembari memakan ramen instan yang mampu mengobati rasa laparnya itu.
"Namjoon Hyung pernah melihatnya masuk. Walaupun bukan miliknya, pasti gedung ini menyimpan rahasia So Jisub. Lagi pula, bukankah gedung itu mencurigakan? Warga sekitar bilang, itu adalah kantor asuransi. Tapi anehnya selalu tertutup."
Lalice mengangguk. Yang Jungkook ucapkan ada benarnya. Karena saat ini mereka memang harus selalu memperhatikan setiap pergerakan So Jisub. Akan berbahaya jika lelaki itu sungguh bekerja sama dengan teroris yang mengancam negara.
"Ah, Jungkook-ssi. Aku lupa memberitahu suatu hal." Ujar Lalice membuat Jungkook menoleh.
"Aku pernah bertemu dengan So Jisub di sebuah Bar." Beritahu Lalice kepada Jungkook. Dia pikir, hal itu cukup penting. Karena Bar yang Lalice datangi bersama Seulgi saat itu hanyalah Bar biasa. Aneh rasanya ketika seorang So Jisub memilih Bar yang berada di kalangan bawah dibandingkan dengan Bar yang memiliki fasilitas mewah dan private.
"Lalice-ssi, maaf. Aku ingin bertanya namun keluar dari topik mengenai So Jisub." Jungkook tampak meletakkan cup ramen instannya ke atas dashboar mobil. Memberikan fokus sepenuhnya pada Lalice.
"Malam itu... Apa yang kau lakukan di Bar?
Lalice mengusap tengkuknya yang mendadak merinding. Mengingat kejadian malam itu saat dia mengantar Seulgi ke Bar, kejadian-kejadian yang dia saksikan tiba-tiba kembali muncul. Orang-orang berpelukan, mabuk, hingga bercumbu mesrah. Ah, Lalice merasa sudah sangat berdosa karena menyaksikan itu semua.
"Aku hanya mengantar temanku. Pamannya pemilik Bar itu, dan tak sengaja bertemu dengan So Jisub." Jelas Lalice membuat Jungkook mengangguk paham.
"Syukurlah." Gumam Jungkook lirih. Entah kenapa dia sangat lega mendengarnya.
.........
"Ya! Kenapa kau tak memberitahuku jika Lalice pergi mengintai?"
"Ya! Kau berteriak padaku? Aku ini kakakmu!"
Ruangan bawah tanah yang biasanya selalu sunyi itu kini dipenuhi oleh pekikan dari dua gadis yang tampak kesal satu sama lain. Semua orang kecuali dua gadis Kim itu hanya bisa melongo melihat pertengkaran yang sangat jarang terjadi disana.
Awalnya Jennie tak tahu jika ternyata Lalice tak ada di kantor tersembunyi itu bersama dengan mereka karena sedari pagi dia terfokus pada berkas yang diberikan oleh Chanyeol. Namun saat menyadarinya, dia segera bertanya pada Jisoo. Dan jawaban Jisoo tentu membuatnya naik darah.
Biar bagaimana pun, apa yang dilakukan Lalice saat ini cukup berbahaya. Gadis berponi itu belum lama bergabung dan masih memerlukan banyak pelatihan. Jennie hanya tak mau Lalice terluka nantinya.
"Dia pergi bersama Jungkook. Kau tak perlu khawatir, Jennie-ssi." Chanyeol kini angkat bicara. Dia merasa saat ini sedang berbicara bersama Ibu yang tak mengizinkan anaknya bermain terlalu jauh.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bitter ✔
FanfictionSebuah kepahitan akan terasa manis dipandangan orang lain. Itulah hidup, setiap orang tidak akan bisa memandang kehidupan secara sama. Menilai adalah keahlian, namun meneliti adalah suatu keseganan untuk mereka. Kim Jisoo, Kim Jennie, Rosé Park, dan...