Semenjak kejadian dimana ada orang asing yang hendak menikamnya tadi, Sehun tak bisa bernapas dengan tenang. Walau dia sudah kembali ke rumah dengan selamat, tetap saja pikirannya begitu gelisah.
Lelaki dingin itu tak mau memberitahu perihal kejadian tadi kepada orang tuanya. Tapi dia berpikir lagi, bagaimana jika mereka tak segera mengambil tindakan dan Jennie di luar sana dalam bahaya. Sehun sangat tahu, keluarganya sedang diincar sekarang.
Tidak peduli jika sekarang sudah lewat tengah malam, Sehun keluar dari kamarnya. Tujuan pria itu adalah ruang kerja ayahnya. Dia tahu jika Junmyeon belum tertidur. Karena setelah hilangnya Jennie, ayah dua anak itu selalu merenung di dalam ruang kerja hingga dini hari.
Klek~
"Oh, Sehun-ah. Kau belum tidur?" tanya Junmyeon ketika mendapati anak pertamanya kini mulai masuk ke dalam ruang kerja itu.
"Saat di luar tadi, aku hampir ditikam oleh seseorang." Sehun berucap dengan satu tarikan napas.
Junmyeon tentu panik. Dia segera bangkit dari kursinya dan berjalan menuju sang putra. Memeriksa setiap bagian tubuh jangkung itu. Dia bernapas lega karena tak mendapati satu luka pun disana.
"Apakah kita hanya akan diam, Appa? Jennie ada di luar sana. Aku takut terjadi sesuatu yang buruk padanya." Ungkap Sehun dengan wajah khawatiran. Dia bahkan rela berujar panjang lebar agar ayahnya segera bertindak.
"Sehun-ah, sejujurnya beberapa hari lalu Appa juga tertimpa hal yang sama sepertimu. Untung saja ada seorang gadis yang rela menahan sebuah pisau dengan tangannya untuk melindungi Appa."
Tubuh Sehun menegang. Ingatannya kembali berputar saat seseorang menyelamatkannya tadi. Lelaki bertubuh tinggi, yang langsung pergi dengan menggendong pelaku.
Sehun hanya tahu jika lelaki itu adalah anggota NIS. Karena lelaki itu yang bilang sendiri. Walau tak mau menyebut namanya.
"Appa, apakah yang berniat mencelakai kita adalah orang yang sama ketika delapan belas lalu---"
"Tidak. Tidak mungkin. Terakhir Appa dengar, dia masih di tahan dan dipindahkan ke Maroko." Junmyeon menggeleng kuat. Pria itu menyangkal, bukan karena yakin dengan ucapannya. Tapi dia takut jika perkataan Sehun memang benar.
..........
"Oi! Nona galak. Kau dan teman-temanmu salah kostum!" Seru seorang pria membuat ketiga gadis itu menghela napas lega.
Nyatanya yang mendekati mereka adalah Taehyung, Chanyeol, dan Seokjin. Untuk Seokjin, lelaki itu langsung kembali setelah mendengar bahwa Lalice dan Yoongi di kepung.
"Sebenarnya ada apa? Kenapa banyak sekali pria pingsan disini?" tanya Rosé resah. Dia berharap, Lalice tak ada di sini tadi.
Chanyeol menggigit bibir bawahnya, sebelum akhirnya memilih bercerita mengenai kejadian beberapa saat lalu. Tentu yang dilontarkan oleh Chanyeol membuat Jisoo, Jennie, dan Rosé semakin gelisah. Lalice ada disini. Melawan orang-orang itu dengan tangan kosong dan hanya bersama Yoongi.
"L-Lalu Lalice dimana?" tanya Jennie terbata. Dalam hati merapalkan doa agar Lalice tak terluka lagi.
"Lalice bersama Yoongi di luar untuk mengejar sandera kita yang kabur. Tapi kalian tenang saja, mereka sudah berhasil menangkapnya." Ungkap Chanyeol membuat ketiga gadis itu sedikit bisa bernapas dengan tenang.
Mereka memandangi ke sekitar. Dimana banyak pisau dan tongkat baseball tergeletak. Lalu tak sengaja, Jennie melihat beberapa tetesan darah segar di bawahnya. Gadis itu tanpa sadar memundurkan langkahnya, dengan wajah pucat pasi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bitter ✔
FanficSebuah kepahitan akan terasa manis dipandangan orang lain. Itulah hidup, setiap orang tidak akan bisa memandang kehidupan secara sama. Menilai adalah keahlian, namun meneliti adalah suatu keseganan untuk mereka. Kim Jisoo, Kim Jennie, Rosé Park, dan...