Ketika tangannya hendak menyentuh knop pintu itu, Rosé tiba-tiba terdiam. Lalu menoleh pada lorong bangsal VVIP itu. Merasa ada sesuatu yang janggal.
"Kenapa?" tanya Jisoo yang melihat gerak-gerik aneh Rosé.
"Aku seperti pernah melihat hoodie yang dipakai orang tadi." Rosé hanya bergumam. Jisoo pun tak terlalu mendengar apa yang anak itu ucapkan.
Mengangkat bahunya acuh, Jisoo memilih membuka pintu ruang VVIP itu. Dia berniat menjaga Lalice bersama Rosé setelah mendapat pesan singkat dari Wendy, bahwa gadis itu harus pergi.
Tapi saat benar-benar masuk, dua gadis itu dibuat bingung karena tak mendapati Lalice yang seharusnya masih beristirahat di ranjang pasien.
Mereka mendekat. Jisoo meraih jarum infus dan tetesan darah yang mengotoi sprei putih itu.
Pandangan mata Jisoo beralih ke sembarang arah. Hingga ia memutuskan untuk membuka pintu kamar mandi, namun tak mendapati sosok yang ia cari.
Seketika kepala Jisoo dibuat berdenyut karena hilangnya Lalice. Sampai ketika ruangan yang semula sunyi, kini tampak didatangi banyak orang.
Dari ambang pintu, tampak Jennie dengan kursi roda yang didorong oleh Joohyun bersama Junmyeon. Ada juga ayah dan ibu Jisoo, serta kakek dan neneknya yang seperti sangat antusias ingin melihat Lalice karena mereka baru saja mendapatkan kabar bahwa gadis berponi itu telah sadar.
"Dimana Lili?" Jennie bertanya dengan suara serak. Gadis itu sungguh memaksakan diri, padahal dokter belum memperbolehkannya untuk turun dari ranjang.
Jisoo dan Rosé saling berpandangan. Tak tahu harus menjawab pertanyaan Jennie seperti apa. Sampai akhirnya, Jisoo menarik napas dalam-dalam.
"Lili hilang.""MWO?" Semua tentu terkejut.
Rosé meringis mendengar seruan heboh itu. Ia berusaha menghibdari tatapan tajam Jennie yang justru tertuju padanya. Hingga akhirnya mata Rosé menangkap tas pakaian yang ia bawa dari apartemen tadi pagi.
Gadis berambut blonde itu mengerjab. Seperti ada sesuatu yang mengganjal di pikirannya. Hingga akhirnya, ingatan gadis itu terlempar pada saat beberapa menit lalu. Dimana dia berpapasan dengan seseorang di koridor dengan hoodie yang tak asing. Tentu saja, karena tadi pagi ialah yang memasukkan hoodie itu ke dalam tas pakaian milik Lalice.
"Ah! Matta! Hoodie itu milik Lalice. Orang tadi, hoodienya seperti milik Lalice." Rosé berseru, membuat yang lainnya menatap penuh kebingungan. Tak tau apa maksud dari ucapan Rosé.
"Unnie, kau ingat orang yang berpapasan dengan kita tadi? Ia memakai hoodie yang sama seperti milik Lili. Dia pasti Lili." Ucapan Rosé pada Jisoo itu terdengar menggebu.
Dia segera berlari keluar dari ruangan itu, disusul oleh Rosé. Ia menoleh ke segala arah, mencari sosok yang sempat berpapasan dengan mereka tadi.
"Shit!" Jisoo mendesis, lalu berlari keluar namun kali ini Rosé tak ikut karena Jennie menahan lengannya.
"Apa yang terjadi?" tanya Jennie dengan wajah yang masih pucat pasi.
Rosé sulit untuk menjawab pertanyaan gadis berpipi mandu itu. Ia tahu, kini Lisa pergi kemana. Anak itu pasti sudah gila karena pergi mencari mautnya sendiri. Tapi jika Jennie tahu, ia pasti akan sangat panik.
Sedangkan di dalam ruangan, suara tampak begitu ribut. Tuan besar Kim terus menyalahkan Junmyeon karena lagi-lagi tak bisa menjaga cucu bungsunya. Seperti delapan belas tahun lalu.
..........
Napas kedua orang itu tercekat saat melihat bagaimana berantakannya markas rahasia mereka. Lalice menatap pada sosok Jungkook yang ada di sampingnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bitter ✔
Fiksi PenggemarSebuah kepahitan akan terasa manis dipandangan orang lain. Itulah hidup, setiap orang tidak akan bisa memandang kehidupan secara sama. Menilai adalah keahlian, namun meneliti adalah suatu keseganan untuk mereka. Kim Jisoo, Kim Jennie, Rosé Park, dan...