Hari ini adalah hari pertama Lisa dan Jisoo resmi menjadi bagian dari NIS. Yang sebenarnya terdengar cukup gila karena mereka tidak memiliki pendidikan apa pun yang berkaitan dengan Badan Intelejen Negara itu. Dan yang lebih tidak masuk akal adalah dimana usia Lalice masih 18 tahun. Sebenarnya bukan hanya Lalice, tapi juga Jungkook. Entah apa yang ada di pikiran Chanyeol hingga ingin merektur remaja yang bahkan masih terlalu dini untuk terlibat dengan masalah negara yang amat rumit.
"Jam kerja normal kalian adalah dari pukul 7 pagi hingga 4 sore. Hanya saja, kalian akan sering lembur. Juga, setelah melakukan pelatihan selama satu bulan. Kalian akan kami tugaskan untuk menjadi mata-mata. Pekerjaan itu bisa memakan waktu berhari-hari bahkan berbulan-bulan." Jelas Namjoon yang tampak begitu fasih mengucapkan tugas-tugas Lalice dan Jisoo.
"Hari ini, kalian cukup mempelajari beberapa kasus yang sedang kami tangani. Dan besok, kami akan melatih kalian bagaimana menjadi agen rahasia yang baik." Chanyeol menyerahkan laptop dan beberapa berkas pada Lalice dan Jisoo. Seketika kedua gadis itu mendadak pusing melihat tulisan yang sangat banyak dan seakan tak berujung.
"Dan kalian bisa menggunakan ponsel ini." Setelah itu, Chanyeol juga menyerahkan ponsel keluaran terbaru kepada Lalice dan Jisoo. Kedua gadis itu bahkan tak tahu jika menjadi bagian dari Badan Intelejen Negara sangat menguntungkan. Mereka bahkan mendapatkan tempat tinggal dan kendaraan gratis, juga ponsel mahal yang baru saja mereka terima.
"Disini kita adalah team. Jangan pernah sekali-kali untuk ragu bertanya. Aku benar-benar mengandalkan kalian," lanjut Chanyeol yang diangguki kaku oleh dua orang gadi di hadapannya.
"Kami akan mempelajari ini." Lalice mengangkat berkasnya, lalu berjalan ke arah meja kerja yang sudah disediakan untuknya. Disusul oleh Jisoo yang mendapat posisi tepat di sebelahnya.
Sudah satu tahun lamanya gadis itu tak berkutat dengan tulisan. Tapi karena dia tergolong orang yang pintar, Lalice tak terlalu berat untuk melakukannya lagi. Membaca deretan huruf itu dengan teliti. Tak ingin terlewatkan satu kata pun.
"Magnetism Service? Ini sebuah perusahaan?" tanya Lalice bingung, karena di kertas itu tak dijelaskan mengenai hal yang disebut Lalice barusan.
"Nde. Itu adalah perusahaan pembuat senjata militer. Satu tahun lalu, pemerintah bekerja sama dengan perusahaan itu untuk bagian keamanan negara. Kami menduga jika perusahaan itu adalah milik So Jisub. Mafia yang sedang kami intai." Jelas Seokjin yang secara kebetulan meja kerjanya berada di samping Jisoo.
Lalice mengangguk paham. Namun beberapa detik kemudian dahinya mengerut. Dia merasa ada yang janggal dengan nama mafia itu. Tapi karena tak kunjung mendapat jawaban atas pertanyaannya sendiri, Lalice berusaha mengabaikan pikirannya.
"Kau mendengar berita mengenai pengeboman di rumah ibadah, dua bulan lalu?" Lalice mengangguk saja menjawab pertanyaan Seokjin. Karena dia memang sempat melihat berita tentang pengeboman rumah ibadah yang saat itu sedang memiliki banyak pengunjung.
"Kami curiga perusahaan itu juga yang melakukannya."
Jisoo mau pun Lalice tak bisa menyembunyikan rasa keterkejutan mereka. Tak menyangka jika pekerjaan yang sedang mereka lakukan ini sangat rumit. Dan tentu sangat mengerikan.
"Jadi---"
"Eoh. Ada dugaan So Jisub bekerja sama dengan teroris."
Jisoo meremas rambutnya frustasi. Sedangkan Lalice hanya bisa terdiam kaku. Keduanya merasa sedikit menyesal karena sudah terjun ke dalam agen rahasia seperti ini. Bisa saja mereka mati muda karena melakukan tugas yang benar-benar mengancam nyawa.
"Kalian takut?" bertanyaan remeh itu muncul dari Min Yoongi yang masih terfokus pada layar komputernya. Memandang deretan kode rumit disana, namun Lalice bisa melihat senyum miring di bibir pria itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bitter ✔
FanfictionSebuah kepahitan akan terasa manis dipandangan orang lain. Itulah hidup, setiap orang tidak akan bisa memandang kehidupan secara sama. Menilai adalah keahlian, namun meneliti adalah suatu keseganan untuk mereka. Kim Jisoo, Kim Jennie, Rosé Park, dan...