BAB 19 ~ SEBUKET MAWAR & SEJUTA TANYA

372 60 8
                                    

Cerita ini sudah tamat di Karyakarsa dan KBMAPP ya. 😘

🍁🍁🍁🍁

Suara jam dinding yang berdetak sebanyak tiga kali, membuatku agak tersentak. Sudah pukul tiga dini hari saat ini. Perutku terasa semakin perih karena suhu pendingin ruangan yang menusuk kulit.

Aku keluar dari kamar dengan langkah hati-hati. Takut membangunkan perempuan berambut biru itu. Saat menutup pintu kamar, kegelapan menyelimutiku. Butuh beberapa waktu agar terbiasa dengan penerangan yang minim, hingga aku bisa melihat benda-benda yang ada di sekitar.

Ada lemari es dan meja pantri minimalis di sudut sebelah kanan, sedangkan di sebelah kiri ada sebuah sofa panjang dan meja bulat di depannya. Aku memilih menuju kulkas, berharap menemukan sesuatu yang bisa dimakan. Hanya ada minuman kaleng, beberapa kotak susu cair, buah dan sayuran.

Tak ada pilihan selain memakan sebutir apel dan segelas susu dingin untuk mengganjal perut. Dalam kegelapan aku terus mengunyah sambil memikirkan berbagai kemungkinan. Apakah Orion menitipkanku di rumah perempuan berambut biru tadi?

Bunyi saklar lampu dinyalakan, disusul ruangan yang seketika terang benderang, membuatku terkejut. Setengah memicing, aku menoleh ke sumber bunyi dan melihat Orion sedang berdiri dekat dinding dengan tangan masih berada di saklar.

"Mbak Rumi lagi ngapain?"

"Oh, hei." Aku tertawa gugup, seraya menaruh kembali gelas berisi susu yang akan kuminum ke meja. "Sorry, aku ngambil ini tanpa ijin dulu. Aku lapar."

Lelaki itu mendekat dan terus mendekat, hingga membuatku kebingungan karena terpojok di sudut ruangan, tak ada celah untuk menghindar.

"Kamu ... mau apa?" Suaraku tercekat saat dia berhenti tepat di depanku.

"Katanya Mbak lapar. Mau kumasakin sesuatu?" Dia menjangkau sesuatu di belakang kepalaku.

Aku hanya bisa menahan napas dan berusaha mengabaikan lengan atasnya yang tersingkap dan hanya berjarak sejengkal dari wajahku.

"Kamu nggak usah repot-repot."

Aku buru-buru menyingkir sambil mengembuskan napas lega, saat dia berhasil mengambil peralatan memasak dan berbalik menuju meja dapur.

Huf! Sumpah, aku sempat berpikir yang tidak-tidak barusan.

"Nggak repot, kok. Mbak duduk aja di sana," ucapnya seraya menunjuk sofa dengan dagunya.

"Biar aku bantuin."

Alih-alih mengikuti perkataannya, aku bertahan di dekat pantri. Mengawasinya yang tengah memecahkan empat butir telur, mencincang bawang dengan gerakan yang cukup mengagumkan, lalu memasukkan beberapa jenis sayuran dari lemari es ke dalam mangkuk berisi telur tadi. Tak lupa dia juga menambahkan lada dan garam lalu mengocoknya.

"Hanya menu simpel, nggak usah dibantu."

Harum aroma telur yang dimasak di dalam wajan semakin membuat perutku keroncongan, dan menimbulkan bunyi yang sangat memalukan.

"Sabar, ya!" Lelaki itu mengulum senyum sambil melirik ke perutku.

Ya, ampun. Dasar perut tidak tahu diri!

Aku hanya tertawa kecil untuk menghilangkan rasa malu.

"Ngomong-ngomong, ini tempat kost-mu, ya?"

"Iya. Semalam Mbak ketiduran, aku nggak tega bangunin. Lagi pula kupikir Mbak mungkin belum siap kembali ke kost-an Mbak setelah apa yang terjadi."

Aku mengangguk setuju. "Oh, ya, cewek yang di dalam itu siapa?"

"Itu Melly. Aku yang nyuruh dia ke sini, buat nemenin Mbak."

LET'S GET MARRIED! (NIKAH, YUK!)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang