Bab 7: Misunderstanding

247 41 10
                                    

Genta sedang bersiap membuka kafe nanti malam ketika tiba-tiba Gunawan menyerbu masuk membuka pintu yang menggantung tulisan closed dan langsung menghampiri Genta.

"Genta, apa Gladys kesini?" Tanya Gunawan dengan raut wajah penuh kecemasan.

Genta mengerutkan kening melihat kakak iparnya yang terengah dan dahi berkeringat disertai sorot mata dipenuhi kecemasan.

"Enggak. Mba Gladys nggak kesini, dia bilangnya baru nanti malam mau mampir pas kafe buka." Genta menjelaskan.

Gunawan tampak kecewa. "Kami janjian ketemu di tempat oleh-oleh, katanya dia mau beli sesuatu buat Bunda dan Ayah kamu. Tapi dia ngga ada di tempat kami janjian, ponselnya juga nggak bisa dihubungi. Kalau ada apa-apa gimana? Dia lagi hamil, Ta!" Pria itu mulai panik.

"Mas Gun tenang dulu. Kita cari Mba Gladys sama-sama ya."

Genta mencoba menenangkan kakak iparnya. Iapun mengambil ponsel untuk mencari bantuan. Namun tiba-tiba ponselnya bergetar dan nama Gendhis muncul di layar.

Kening Genta berkerut, ini pertamakalinya wanita itu menghubunginya. Mereka memang ada dalam satu grup chat sesama karyawan kafe, untuk ngobrol soal kerjaan dan jadwal shift. Tapi baru kali ini Gendhis menghubungi nomornya secara pribadi.

Penasaran dengan apa yang ingin dikatakan Gendhis hingga meneleponnya, Genta berdehem sebelum menekan tombol terima panggilan.

"Halo, Gendhis. Ada apa?" Tanya Genta.

"Mas Genta, barusan aku kirim chat alamat rumah sakit. Buruan kesini Mas. Istri kamu kecelakaan, kata dokter harus segera dioperasi buat selametin ibu dan bayinya." Suara Gendhis terdengar panik dan terburu-buru.

"Istri saya?" Genta menggumam heran sambil mendongak menatap Gunawan yang bergerak gelisah.

"Iya, istrinya Mas Genta yang lagi hamil besar, cepat Mas. Nggak ada waktu lagi."

Sebelum Genta sempat menyahut, Gendhis menutup telponnya. Genta terheran-heran menatap layar ponselnya. Kenapa Gendhis berpikir kalau dia punya istri?

"Siapa yang nelepon, Ta?" Gunawan bertanya.

"Ini, karyawan kafe saya, Mas. Katanya istri saya mau lahiran." Genta menjawab.

"Hah? Emang kamu punya istri?" Kening Gunawan berkerut keheranan.

Genta menggelengkan kepala, lalu ia terbersit sesuatu. Matanya melebar menatap sang kakak ipar.

"Jangan-jangan....,"

Genta tak meneruskan kalimatnya. Ia malah buru-buru meraih tangan Gunawan dan menyeretnya ke parkiran untuk menghampiri motor, Genta  menyerahkan satu helm pada Gunawan lalu menyuruhnya naik ke boncengan motor.

Berdua mereka melaju bersama motor Genta menuju rumah sakit yang dimaksud Gendhis.

****

Sementara itu, Gendhis berjalan mondar mandir di ruang tunggu rumah sakit. Gelisah menanti kedatangan Genta.

Saat bangun pagi hari ini, rencana Gendhis sederhana, menyiapkan makan untuk putranya, membeli pernak pernik Bali di toko oleh-oleh untuk pelanggan yang memesan di online shop miliknya, lalu mengemas paket tersebut, dan sorenya berangkat kerja ke kafe.

Siapa sangka, saat ia sedang bersiap pulang setelah membeli barang di toko oleh-oleh, ia bertemu dengan istri Genta yang terkapar di pinggir jalan akibat terserempet motor. Hati nuraninya tak mengijinkan Gendhis untuk mengabaikan perempuan hamil itu. Apalagi ketika melihat wanita itu mengalami pendarahan.

Akhirnya Gendhis berinisiatif membawa perempuan itu ke rumah sakit dan menelepon Genta.

Mungkin dengan menolongnya, Tuhan akan mengampuni dosa Gendhis karena pernah tidur dengan suami perempuan itu.

When I Kiss You Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang