Bab 18: Om Papa

148 25 15
                                    

Beberapa jam sebelumnya...

Ganendra keluar dari kamar mandi hotel merasa lebih segar dan bugar. Meski perjalanan Jakarta-Bali cukup singkat. Namun perjalanan itu menjadi lebih melelahkan karena mereka membawa dua orang balita yang rewel selama di Bandara bahkan saat sudah masuk pesawat.

Makanya rencana mereka untuk langsung ke tempat Gladys sesampainya di Bandara harus dibatalkan. Dan mereka ke hotel dulu untuk istirahat. Anyelir dan Aurora juga bisa main air dulu di kolam renang agar happy dan tak tantrum lagi.

Ganendra celingukan mencari istrinya, lalu terdengar suara tawa lembut dari arah balkon kamar hotel.

Mengikuti suara itu, Ganendra berjalan ke arah balkon dan menemukan istri tercintanya sedang menatap layar ponsel sambil tersenyum.

Ganendra merangkul Ghea dari belakang, dan meletakkan dagu di bahu istrinya.

"Apa yang sedang kau lihat?" Tanya Ganendra sambil mengecup leher Ghea.

Ghea tersenyum seraya menyandarkan kepala ke dada suaminya. Lalu ia menunjukkan layar ponselnya dan memutar ulang sebuah video yang telah ia tonton berkali-kali.

"Tadi Genta ngirimin ini ke aku, dia rayain ultah bareng Gendhis dan anaknya."

Di video tersebut, terlihat Genta yang tampak konyol karena memakai topi kerucut warna warni. Di pangkuannya duduk seorang anak balita lelaki yang kelihatan lebih tua dari Aurora dan Anyelir. Anak itu sedang makan kue cokelat, wajahnya belepotan frosting. Sementara di sebelah Genta duduk seorang perempuan berambut panjang, yang dengan telaten membersihkan wajah si anak dan Genta memandang perempuan tersebut dengan sorot mata mendamba.

Anak itu lalu menyodorkan potongan kue dengan tangannya yang lengket. Genta dengan senang hati memakannya, lalu anak itu berganti menyuapi wanita di sebelah Genta. Mereka terlihat seperti keluarga kecil yang bahagia.

"Hey birthday boy, what do you wish for your birthday this year?" Seseorang di belakang kamera bertanya pada Genta.

Genta menatap ke arah kamera sesaat lalu memandang Gendhis di sampingnya.

"I wish this happiness lasts forever." Itulah jawaban yang Genta berikan sambil memandang wanita di sampingnya.

Lalu Genta berciuman dengan wanita itu. Senyuman bahagia tak pernah pudar dari wajah pemuda itu.

"Itukah yang namanya Gendhis? He has it bad for her." Ganendra berkomentar. "Itu tatapan pria yang rela mati demi orang yang dia cintai."

"Iya itu Gendhis. They look good together, and look at her kid. He's so cute. Kebayang nggak sih, kalau hubungan Genta dan Gendhis berjalan baik, anak lucu ini akan jadi cucu kita? Aku nggak sabar nunggu Genta bawa mereka ketemu kita." Ghea berujar sumringah.

"Yah, setelah punya tiga cucu perempuan, punya satu cucu lelaki tak buruk juga." Gumam Ganendra. Gauhar dan Gladys memberinya cucu perempuan, sedangkan Genta belum menikah.

Ghea tertawa. "Udah lepasin aku, sekarang giliranku mandi."

Tapi Ganendra malah mengeratkan pelukannya. Ia menciumi leher dan bahu sang istri.

"Mandi bareng aja yuk." Ganendra mengajak.

"Loh, kamu kan baru aja mandi." Ghea menggeliat, merasakan cumbuan suaminya yang selalu membuatnya kehilangan akal. "Gan, lepas. Nanti kita telat ke tempat Gladys."

Untungnya saat itu bel pintu kamar mereka berbunyi, menandakan ada seseorang di yang mengunjungi mereka. Ganendra menghela napas kecewa, lalu melepaskan Ghea dan berjalan menuju pintu.

When I Kiss You Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang