Bab 30: Are You Happy?

102 27 1
                                    

Gendhis menanti kepulangan Genta dengan gelisah. Meski dia melepas kepergian tunangannya dengan ikhlas, namun setelah Genta pergi, dia mulai overthinking.

Bagaimana kalau Genta lebih memilih Azalea dibanding dirinya? Apa yang akan terjadi pada Gendhis kalau sampai Genta meninggalkannya?

Pusing dengan berbagai pikiran buruk yang merasuki benaknya, Gendhis memutuskan pergi ke teras depan, menunggu di sana.

Gendhis duduk di kursi teras, kemudian mencoba menenangkan diri. Sambil mengelus-elus perutnya, dan mengucapkan mantra:

"Nggak apa-apa, semua akan baik-baik saja." Berulang kali, untuk meyakinkan dirinya sendiri. Mengharap kekuatan dari jabang bayinya agar bisa terus berpikir positif.

Tak lama kemudian, mobil Ganendra yang dipakai Genta pergi ke RSJ memasuki halaman rumah. Gendhis bangkit berdiri dan menatap tak sabar ke arah mobil.

Genta keluar dari pintu pengemudi, bersamaan dengan itu, seorang perempuan berambut panjang dengan paras menawan keluar dari pintu penumpang.

Gendhis tertegun, meski belum pernah bertemu, namun Gendhis tahu siapa perempuan itu. Wajah cantiknya terpajang di foto yang ada di ruang keluarga, foto pernikahannya dengan Gauhar.

Dia adalah Azalea, orang yang dulu dicintai Genta. Atau mungkin, masih dicintai sampai sekarang?

Gendhis berdiri terpaku di teras sementara Genta menggandeng Azalea menghampiri Gendhis.

Dengan senyum lebar, Genta menyapa Gendhis.

"Dhis, kenalin ini Azalea. Kami sudah memutuskan, Azalea akan bercerai dengan Gauhar lalu kami akan menikah."

Terkejut adalah kata yang terlalu ringan untuk menggambarkan perasaan Gendhis. Tubuhnya membeku, matanya nanar menatap Genta, hatinya terasa ditusuk ribuan panah. Lidahnya terasa kelu, tenggorokannya tercekat, tak mampu mengeluarkan suara apapun.

Belum sempat Gendhis mengatakan apapun, Genta kembali angkat bicara.

"Kamu tenang saja. Pernikahan kita tetap dilakukan sesuai rencana. Kita akan menikah bulan depan, lalu setelah Azalea bercerai dan masa iddahnya selesai, kami akan menikah. Jadi kamu nggak perlu sendirian ngurus anak kita, Azalea bisa bantuin kamu." Genta tersenyum lebar.

Gendhis menggeleng perlahan, airmatanya menggenang. Bukan ini yang ia harapkan saat mengijinkan Genta bertemu Azalea.

Bayangan masa depannya bersama Genta terasa suram. Bagaimana mungkin Genta membawa wanita lain dalam hidup mereka dan berharap Gendhis akan baik-baik saja?

Gendhis memejamkan mata, membiarkan airmatanya mengalir tanpa suara. Dalam hati ia berdoa, semoga saja ini semua hanyalah mimpi.

Tiba-tiba saja, rasa sakit menghantam kepala bagian kirinya. Gendhis menarik napas terkejut merasakan sakit yang menusuk pelipisnya.

Gendhis tersentak dan membuka kedua matanya, alangkah herannya ia saat menyadari kalau dirinya sedang berbaring di atas tempat tidur di kamar Genta, bukan di teras.

Sekilas Gendhis mengingat kalau setelah mengantar kepergian Genta, ia memilih untuk tidur siang.

"Aah...aduh!" Gendhis mengerang kesakitan sambil memegangi perutnya.

Tubuhnya meringkuk merasakan sakit yang teramat sangat.

"Aahhh...! Tolong..!" Gendhis berteriak sekuat tenaga.

Tak berselang lama, Ghea muncul dan buru-buru menghampiri Gendhis.

"Nak, ada apa? Kamu sakit?" Ghea menatap Gendhis khawatir. Apalagi melihat wajah Gendhis yang pucat dan mengeluarkan keringat dingin sambil meringis kesakitan.

When I Kiss You Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang