Genta menghentikan motornya di depan sebuah rumah bergaya villa scandinavian. Ia memeriksa ponsel untuk memastikan benar alamatnya disana.
Lalu ia turun dari motor, menurunkan standar. Setelah motornya bisa berdiri tegak, Genta mengambil kantong belanja besar yang ia gantung di bagian depan motor.
Dengan hati berdebar Genta melangkah mendekati pintu depan rumah itu. Pemuda itu tertawa pada dirinya sendiri, karena dengan membayangkan bertemu lagi dengan Gendhis saja sudah membuatnya berdebar.
Langkah Genta semakin ringan hingga ia tiba di depan pintu. Ia berdehem sebentar lalu mengangkat tangan untuk mengetuk.
Tak lama kemudian terdengar suara langkah kaki mendekat ke pintu dari dalam rumah.
Genta berusaha memasang senyum terbaiknya agar bisa memikat Gendhis saat pintu terbuka.
Akan tetapi senyumnya terlipat ketika setelah pintu dibuka dan yang muncul adalah pria asing yang tak dia kenal.
Kulitnya gelap, badannya tegap, rahangnya tegas, cambang dan kumis tipis menghiasi wajahnya. Dilihat dari ciri fisiknya seperti orang yang berasal dari daerah Amerika Latin.
"Who are you? What are you looking for?" Tanya pria asing itu menyadarkan Genta yang sedang tertegun.
"Oh...emm...i am sorry. I'm looking for Gendhis. Is she here?" Genta balik bertanya.
Sebelum pria asing di depan Genta menjawab, sebuah suara cempreng diiringi langkah berat terdengar mendekat.
"Honey, who is it at the door?" Bram, pria yang pernah menjemput Gendhis pulang dari kafe muncul dari dalam rumah.
Pria asing di depan Genta menoleh kepada Bram. "Babe, do you know this guy? He said something about our girl."
Our girl. Genta merasa tak nyaman mendengar dua kata itu. Apakah Gendhis berhubungan dengan dua pria sekaligus?
Sementara itu Bram telah tiba di depan pintu sambil memandangi Genta atas bawah, lalu menyunggingkan senyum menggoda. Bahkan mengedipkan mata sambil menggigit bibirnya, membuat sekujur tubuh Genta langsung merinding.
Kenapa Gendhis berhubungan dengan pria berkelakuan aneh? Tanya Genta dalam hati.
"Cari Gendhis ya? Dia lagi pergi, bentar lagi juga balik. Masuk yuk." Bram meraih tangan Genta mengajaknya masuk ke rumah.
Genta langsung menarik tangannya lepas dari genggaman Bram. Takut akan diapa-apain kalau ikut masuk.
"Nggak usah. Saya tunggu di luar saja." Genta menolak secara halus.
"Babe, who is he?" Tanya pria asing yang sejak tadi diam.
Bram tersenyum lebar. "Remember about a hottie that work with Gendhis at the cafe?"
Pria asing itu tampak berpikir sebentar. Lalu tiba-tiba ekspresinya berubah. "Oh, the hot barista?" Lalu pria itu juga menatap Genta dari atas ke bawah dengan tatapan tertarik. "Indeed, very hot."
Genta mundur selangkah, merasa takut. Tujuannya datang kesini adalah untuk menggoda Gendhis, bukan malah digoda oleh dua pria yang jelas jelas suka kenikmatan lewat jalan belakang.
"Err...sepertinya saya pergi saja. Ini punya Gendhis." Genta meletakkan kantong belanja di depan pintu lalu memilih kabur. "Permisi."
Genta segera berbalik dan berjalan cepat menuju motornya. Tapi saat ia baru menaikkan standart motor, sebuah motor matic melaju mendekat dan berhenti di depan rumah.
Genta terpaku di tempatnya melihat Gendhis turun dari motor matic tersebut, kemudian ia membantu seorang anak kecil turun dari boncengan motor.
Anak itu berlari ke arah Bram dan pria asing yang masih berdiri di depan pintu yang langsung menyambutnya dengan hangat. Gendhis juga menghampiri mereka dan terlihat keheranan mendapati kantong belanjanya ada di sana. Lalu Bram menunjuk Genta dengan dagu membuat Gendhis menoleh ke belakang.
KAMU SEDANG MEMBACA
When I Kiss You
General FictionSejak aku dihianati oleh saudara kembarku sendiri, sejak itu pula aku menutup rapat pintu hatiku. Setelah pernikahan Gauhar dan Azalea, aku memilih pergi, jauh dari mereka semua. Luka yang mereka berikan padaku, entah sampai kapan bisa disembuhkan...