"Oh my God, stop blushing! You are not a teenager anymore!" Bram mengomel karena setelah Genta pergi, Gendhis sering senyum-senyum sendiri sambil meraba pipinya, wajah perempuan itu juga tak berhenti merona.
Bram sudah mendengar semuanya, soal Genta yang ingin PDKT dengan Gendhis, juga fakta bahwa pria itu masih lajang dan wanita hamil yang dikira istrinya adalah kakaknya.
"Dasar cerewet. Ini kan pertamakalinya aku dapat kecupan di pipi, apalagi orangnya Genta, aku ngga bisa kontrol hatiku yang jadi berdebar-debar karenanya." Gendhis membela diri sambil melanjutkan packing barang pesanan pelanggan toko onlinenya.
Bram geleng-geleng kepala melihat perilaku Gendhis yang mirip anak remaja saat pertamakali jatuh cinta.
"Honey, he did more than just kissed your cheeks. You had his saliva all over your body on the new year's eve. Udah lupa?"
Gendhis terperangah, mulutnya terbuka lebar.
"Bram! Itu mulut bisa direm nggak? Lemes banget, kalau Gema denger dan jadi nanya aneh-aneh gimana?" Gendhis memperingatkan.
"Whatever!" Gumam Bram lalu menyerahkan setumpuk kertas stiker berisi alamat pelanggan yang baru saja ia ambil dari printer ke Gendhis.
Gendhis menerimanya sambil mengucapkan terimakasih. Lalu mulai menempelkan stiker alamat ke paket yang sudah terbungkus rapi.
"Tapi seriusan lu nggak pernah dicium pipi sebelumnya, Dis?" Bram bertanya penasaran sambil duduk di lantai membantu Gendhis.
Gendhis menggelengkan kepalanya. "No. Never. Not my family, neither my ex. Yes we had sex, but he always straight to the point, no foreplay at all."
"Asshole!" Bram mengumpat pelan membuat Gendhis melotot ke arahnya.
Bram mengibaskan tangan. "Santai kali, Dis. Gema nggak mungkin denger kita, dia kalau mandi sama Diego itu sambil nyanyi tereak-tereak.."
Tepat saat itu terdengar suara cempreng Gema dan suara berat Diego bersahutan di kamar mandi seolah membuktikan ucapan Bram.
Bram dan Gendhis saling berpandangan, lalu terbahak-bahak bersama.
Selesai tertawa, Bram memandang Gendhis dengan tatapan serius.
"Are you serious about dating him?" Pertanyaam Bram membuat Gendhis terdiam.
Gendhis membalas tatapan Bram, di dunia ini, Bram adalah satu-satunya orang yang peduli dan mencemaskannya. Sebelum Gema dan Diego hadir di hidup Gendhis, Bram adalah satu-satunya orang yang akan sedih jika terjadi sesuatu yang buruk pada Gendhis.
Meski kadang omelannya bikin panas telinga, namun Bram melakukan semua itu karena nggak mau Gendhis terluka.
"We are not officialy dating, dia baru mau PDKT. Dating dan ONS kan beda. Kita lihat aja gimana kedepannya." Gendhis berusaha menjelaskan.
Setelah itu keduanya sama-sama terdiam, Gendhis sibuk membereskan paket yang siap dikirim, Bram membantunya. Setelah semua beres, Bram menyeringai jahil pada Gendhis.
"Jadi, Genta orang pertama yang cium pipi lu?"
Gendhis mengerutkan kening. "Ya, kenapa?"
"Okeh. Kalau gitu gue yang kedua."
Belum sempat Gendhis mencerna ucapan Bram, pria bertubuh besar itu menyerangnya dengan ciuman bertubi-tubi di pipi.
"Bram, stop! Apaan sih...hahahaha...stop!" Antara geli dan jijik ia berusaha menghindar tapi Bram malah memeluknya dan terus menghujaninya dengan ciuman. Keduanya sampai bergulingan di lantai.
KAMU SEDANG MEMBACA
When I Kiss You
General FictionSejak aku dihianati oleh saudara kembarku sendiri, sejak itu pula aku menutup rapat pintu hatiku. Setelah pernikahan Gauhar dan Azalea, aku memilih pergi, jauh dari mereka semua. Luka yang mereka berikan padaku, entah sampai kapan bisa disembuhkan...