Bab 1: New Year's Eve

360 49 1
                                    

Genta's POV

Malam tahun baru.

Seperti sebelum-sebelumnya, malam ini selalu dirayakan dengan meriah dan penuh sukacita. Meski kebanyakan mereka yang sedang berdansa di lantai bawah kemungkinan besar besok akan lupa dengan resolusi yang mereka buat malam ini. Karena terlalu pengar akibat bergelas-gelas alkohol yang mereka minum dengan alasan merayakan tahun baru.

Aku naik ke lantai dua kafe, meninggalkan hiruk pikuk perayaan tahun baru di lantai bawah dan ratusan orang yang berdansa di tepi pantai. Di lantai dua hanya ada satu dua orang dan beberapa pasangan yang mojok di sudut untuk bermesraan.

Kuabaikan mereka dan melangkah ke balkon. Hanya ada beberapa orang yang berdiri di sana. Salah satunya seorang perempuan dengan gaun hitam yang memeluk tubuhnya dengan sempurna. Setiap lekukan indah itu terlihat menggiurkan untuk dipandang mata.

Meski tak seperti kebanyakan bule yang santai saja memakai bikini atau gaun yang menampilkan banyak bagian tubuh yang dianggap sebagai aset secara terbuka.

Namun perempuan di depanku ini memakai gaun hitam dengan bagian atas dan lengan panjangnya terbuat dari renda transparan, sedangkan bahan satin memeluk bagian dada hingga paha dengan sempurna, bagian bawah gaunnya berhenti di paha, hampir menyentuh lutut.

Anehnya, gaun yang tertutup itu justru memancing rasa penasaranku. Apakah lekuk yang ditampilkan benar benar asli atau ilusi yang dibuat oleh bantalan pinggul dan banyak alat bantu lainnya.

Dari belakang saja dia terlihat seksi di mataku. Apalagi kalau dari depan ya?

Aku menggelengkan kepala mencoba mengusir pikiran kotorku. Tak mungkin perempuan seksi itu datang sendiri ke pesta tahun baru seperti ini.

Aku tak ingin membuat keributan karena flirting dengan perempuan asing yang kemungkinan membawa pasangan ke sini.

Dengan langkah pelan aku menghampiri railing di sebelah perempuan itu. Aku berusaha keras untuk tidak menoleh ke arahnya, namun fitur wajahnya yang tertangkap ekor mataku sama menggodanya dengan bagian belakang tubuhnya yang tadi kuamati.

Kalah dengan rasa penasaran, aku menoleh ke samping. Perempuan itu sedang mendongak ke langit malam, matanya terpejam. Bibirnya yang dipoles lipstik warna peach terlihat menggumam.

Wajahnya yang terlihat tenang di tengah hiruk pikuk perayaan tahun baru, menarik perhatianku. Hitung mundur menuju tahun baru telah dimulai, namun mataku tak bisa lepas dari perempuan itu. Seolah harapan yang sedang ia panjatkan berhubungan dengan diriku.

Sesaat kemudian aku dibuat terkejut ketika perempuan yang sejak tadi kuperhatikan menarik kerah polo shirt yang kukenakan lalu mendaratkan bibirnya di bibirku.

Tubuhku menegang kaku. Kaget dan shock dengan apa yang terjadi. Bunyi kembang api meledak berisik di udara, namun debaran jantungku terasa jauh lebih berisik.

Untuk sesaat aku hanya bisa mematung, namun kelembutan bibirnya membuatku terbuai. Apalagi ketika bibirnya bergerak melumat bibirku, ketika kurasa kelembutan itu bergerak menjauh, tanganku bergerak sendiri menahan tubuhnya dan mulutku bergerak memperdalam ciuman kami.

Sudah lama, terlalu lama bagiku menutup diri atas kenikmatan duniawi. Aku menghindari semua perempuan yang mendekatiku.

Namun perempuan misterius dalam pelukanku ini, yang lidahnya sedang menjelajahi mulutku, membuatku kehabisan napas. Secara harfiah juga arti lainnya.

Sungguh aku tak ingin mengakhiri ciuman ini, namun kami telah kehabisan oksigen jadi aku terpaksa melepaskan tautan bibir kami.

Ketika aku membuka mata, sepasang mata cokelat yang mempesona membalas tatapanku, matanya begitu dalam hingga seolah aku akan tenggelam di dalamnya. Alisnya rapi, riasan kelopak matanya tak terlalu mencolok, pipinya berisi, kulitnya terpoles makeup flawless natural yang membuat pesona alaminya terpancar.

Nafasnya tersengal, lipsticknya berantakan karena ciuman tadi, mulutnya sedikit terbuka untuk membantunya bernapas. Membuatku ingin melumatnya lagi.

Hanya satu kalimat yang terlintas di pikiranku saat menatap lekat wajahnya seperti ini. Dia cantik, sangat cantik.

"Hi..." Sapaku dengan suara serak. Aku ingin bertanya siapa namanya, dan mungkin dia bisa menjadi temanku mengobrol menghabiskan malam tahun baru ini agar tidak terlalu kesepian.

Akan tetapi, kalimat yang meluncur dari mulutnya membuatku kaget bukan main.

"Do you have a condom?"

Aku tertegun, dan hanya bisa diam mematung. Tak menyangka dia akan menanyakan itu di pertemuan pertama.

Tentu saja dia bukanlah wanita pertama yang mengajakku menghabiskan malam panas bersama. Namun dia adalah orang pertama yang membuatku tergoda untuk mengiyakan ajakannya. Lekuk tubuhnya yang saat ini berada di pelukanku membuatku ingin menjelajahinya lebih jauh, apakah dia memang seindah bayanganku saat gaunnya dilepas ataukah imajinasiku tentangnya terlalu berlebihan.

Karena aku yang diam terlalu lama, sinar di matanya yang tadi terlihat bersemangat sekarang meredup. Ia menunduk menghindari tatapanku lalu berusaha melepaskan diri dari pelukanku.

"Forget it." Ucapnya pelan sambil beranjak pergi.

Tidak. Aku tak mau melepaskannya. Aku ingin mengenalnya lebih jauh. Tapi jika saat ini yang dia inginkan adalah kesenangan atas penyatuan tubuh, tak ada alasan bagiku untuk tak memberikannya. Meski ini akan menjadi yang pertama kalinya setelah aku kehilangan keperjakaanku 3 tahun yang lalu.

"Yes, i have it. In my place. Do you want to go?" Kataku sambil mengulurkan tangan. Aku yakin di kamarku masih ada satu kotak kondom yang diberikan Bagas sebagai kado natal kemarin.

"You need to get laid, man." Itulah yang dikatakan Bagas saat memberikan kondom itu padaku. Meski saat itu aku hanya menaruhnya di dalam laci, merasa takkan pernah menggunakannya.

Hatiku berdebar menanti jawaban dari perempuan yang belum kuketahui namanya ini. Debaran itu bertambah kencang ketika tangan lentiknya menyambut uluran tanganku.

Bersambung

Published on 3rd February 2023. 840 words. 06:50 am.

When I Kiss You Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang