Bab 19: The Wounded Heart

157 29 15
                                    

"Genta! Gauhar! CUKUP!" Teriakan Ganendra menggelegar, menggema di ruang depan villa.

Genta dan Gauhar yang sedang saling mencengkram kerah baju satu sama lain berhenti bergerak. Dengan kekuatan penuh, Ganendra memisahkan kedua anaknya hingga dua pria berwajah identik itu saling melepaskan diri dan berjalan mundur beberapa langkah menjauhi satu sama lain.

Nafas Gauhar dan Genta tersengal, darah segar mengalir dari bibir Gauhar yang sobek sementara tulang pipi kanan Genta mulai membiru.

"Apa kalian nggak malu berantem di depan anak-anak?" Ganendra benar-benar tak bisa menahan amarahnya melihat si kembar yang sudah dewasa bertingkah kekanakan seperti anak kecil berebut mainan.

"Dia yang menyerangku duluan." Gauhar berusaha membela diri.

Genta hanya diam, menatap tajam pada kembarannya dengan amarah yang menyala dari sorot matanya.

Sementara Ganendra menghela napas panjang, lalu menatap Gauhar. "Genta nggak akan nyerang kamu kalau kamu nggak memancingnya dengan kalimat berisi penghinaan."

Gauhar terdiam. Apa yang dikatakan ayahnya memang benar, namun pria itu menolak mengakuinya.

Saat Genta muncul dengan Aurora di pelukannya, ada rasa sakit yang tajam menusuk di hati Gauhar. Muncul ketakutan konyol bahwa Aurora akan direbut oleh Genta seperti dulu Genta merebut Azalea darinya sebelum Gauhar sempat menyatakan perasaan pada wanita itu.

Akhirnya, Gauhar malah menyindir Genta dengan mengatakan bahwa Genta iri padanya dan berusaha merebut perhatian Aurora karena gagal memiliki Azalea sepenuhnya.

Awalnya Genta hanya diam, tak memedulikan ucapan Gauhar. Ia menyerahkan Aurora pada Ghea lalu berusaha pergi dari hadapan Gauhar, menurut Genta, lebih baik ia kembali ke sisi Gendhis daripada harus meladeni Gauhar.

Kesal karena diabaikan, Gauhar pun meledek. "Lari aja terus, dasar pengecut. Kamu kayak banci, Ta. Nggak berani hadapi masalah, hanya bisa kabur saja."

Semua orang terkejut dengan ucapan Gauhar, Ganendra yang tahu bahwa masalah akan terjadi segera mengambil paksa Anyelir dari pelukan Gauhar dan menjauhkannya dari bahaya.

Amarah Genta tersulut, dalam sekejap ia sudah berada di depan Gauhar, dan melayangkan pukulan ke wajah saudara kembar yang tak ditemuinya selama bertahun-tahun tersebut.

Dan terjadilah perkelahian di momen reuni keluarga itu. Gunawan memilih melindungi anak dan istrinya, sementara Ganendra menyerahkan Anyelir pada Ghea sebelum berusaha memisahkan Gauhar dan Genta.

Tapi dua pria sedarah itu sudah cukup babak belur sebelum dipisahkan oleh ayah mereka.

Ganendra menangkup wajah Genta yang memerah karena amarah. Lalu menatap dalam ke mata sang anak.

"Genta. Calm down. Redakan amarahmu. He's not worth it." Ganendra berbisik pelan hingga hanya Genta yang bisa mendengarnya.

Perlahan ketegangan luruh dari sekujur tubuh Genta, amarahnya pun mereda. Ayahnya benar, Gauhar tak sepadan untuk Genta lepas kontrol seperti itu.

Genta mengangguk pelan pada ayahnya, lalu memandang Gauhar yang sedang menyeka darah di sudut bibirnya. Lalu Genta membalikkan badan, ia terkejut ketika tatapannya bertemu dengan Gendhis yang berdiri terpaku di depan pintu ruang tengah.

Rasa malu menjalari jiwa Genta karena Gendhis melihatnya hilang kendali dan melakukan kekerasan. Dengan pelan Genta berjalan menuju kekasihnya. Berharap kejadian ini tidak membuat Gendhis menjauh lagi darinya.

Gendhis tetap diam di tempatnya berdiri hingga Genta tiba di hadapannya. Wanita itu menatap wajah Genta dengan seksama, dalam hati Gendhis mencatat setiap luka dan memar di wajah kekasihnya untuk diobati. Ia juga melirik ke tangan Genta, buku-buku jari pria itu sobek dan berdarah.

When I Kiss You Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang