Bab 29: Trust

130 28 9
                                    

Genta mendesah pelan sambil berjalan menjauhi kamarnya. Agak kesal karena diusir dari kamar, namun wajahnya malah tersenyum karena melihat keakraban antara Ghea dan Gendhis.

Kini ia tak perlu lagi meyakinkan Gendhis tentang keluarganya, karena sikap mereka sudah menunjukkan bahwa kehadiran Gendhis diterima dengan tangan terbuka.

Kaki Genta terus melangkah hingga tiba di ruang keluarga, lalu iapun menjatuhkan diri ke sofa panjang dan mulai menyalakan tv untuk menemaninya.

Tak lama kemudian, tiba-tiba Gauhar muncul di ruang keluarga. Genta hanya diam, tidak menyapa ataupun mengajak bicara.

Gauhar berdiri diam memandang Genta agak lama, lalu tanpa kata dia duduk di sofa panjang dimana Genta sedang duduk. Genta langsung bergeser menjauh namun tak mengatakan apapun. Kini mereka sama-sama duduk di sofa 5 seater, dengan satu sama lain berada di ujung sofa, menyisakan ruang untuk dua orang duduk di antara mereka.

"Selamat atas rencana pernikahan loe." Gauhar membuka percakapan, memecah keheningan.

"Thanks." Genta membalas singkat tanpa menoleh, matanya fokus menatap layar TV yang menampilkan film Hollywood

"Jadi kapan akad nikahnya?" Tanya Gauhar.

"Bulan depan." Lagi-lagi Genta hanya menjawab singkat tanpa sedikitpun memandang ke arah Gauhar.

Kesal karena sikap Genta yang cuek, Gauhar mencoba memancing saudaranya dengan kalimat provokatif.

"Loe yakin bayi yang dikandung Gendhis itu beneran anak loe?"

Begitu kalimat tersebut keluar dari mulut Gauhar, sedetik kemudian ayah dua anak itu menemukan tubuhnya terangkat ke udara dengan baju yang tertarik ke atas.

Gerakan Genta sangat cepat hingga tak mampu dilihat Gauhar, Genta yang tadinya di ujung sofa tiba-tiba telah berada di depan Gauhar, mencengkram kerah lehernya dengan keras.

Mata Genta nyalang menatap Gauhar, wajah mereka hanya berjarak lima senti.

"Jaga mulut loe, Har! Sekali lagi loe ngomong jelek tentang Gendhis, mulut loe gue sobek!" Tatapan mata Genta penuh dengan keseriusan dan amarah membuat Gauhar menelan ludah.

"Oke, oke. Gue minta maaf, gue kelewatan." Gauhar mengangkat kedua tangannya tanda menyerah, berharap Genta tak melayangkan bogem mentah padanya.

Genta melepaskan kerah baju Gauhar dengan sedikit dorongan hingga sang adik terhempas ke sofa.

"And for the record, i know the baby is mine because there was no twin brother pretending to be me to deceive my woman." Genta menambahkan setelah kembali ke posisi duduknya di ujung sofa.

Gauhar berjengit mendengar kata-kata Genta, namun tak bisa memberi tanggapan apapun.

"Gue selalu percaya sama cewek gue. Baik dulu maupun sekarang." Genta melanjutkan.

Gauhar berdehem pelan. Melalui ucapannya, Genta menegaskan bahwa dia selalu percaya pada kekasihnya. Bahkan saat dia masih bersama Azalea, Gauharlah yang merusak kepercayaan diantara mereka.

"Gue beneran minta maaf soal apa yang terjadi 3 tahun lalu. Gue bersumpah, waktu itu gue nggak bermaksud buat bertindak sejauh itu sama Lea. Gue cuma pengen Lea memandang gue penuh cinta kayak dia mandang loe, dan gue udah berniat untuk menghapus perasaan gue dan menerima nasib kalau dia bakal jadi kakak ipar gue. Tapi, semuanya malah kejadian." Gauhar bertutur penuh penyesalan.

Genta menatap adiknya penuh selidik. Kata maaf yang terlambat itu, tak berarti apa-apa lagi baginya. Namun ada satu hal yang membuatnya penasaran sejak dulu.

When I Kiss You Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang