Bab 21: Jealousy

159 26 13
                                    

Genta baru saja hendak membuat pesanan salah seorang pelanggan ketika Gendhis yang memakai seragam waitress menghampirinya.

"Genta..."

Pria itu menoleh dan merasa heran melihat ekspresi Gendhis.

Gendhis menoleh ke belakang sebentar lalu kembali menatap Genta.

"Your parents are here." Gendhis berkata pelan, membuat Genta tertegun.

Genta menoleh ke belakang Gendhis, dan terlihat Ghea yang datang bersama Ganendra serta Aurora sedang duduk di salah satu meja yang kosong. Cahaya matahari sore menyinari mereka dari pintu kaca yang menghadap arah barat hingga ekspresi wajah keluarganya yang sedang melihat-lihat interior kafe bisa ditangkap oleh Genta.

Pria itu kembali memandang Gendhis. "Kamu tolong anterin mereka ke ruang manager. Aku kelarin pesanan ini dulu baru ke sana."

Gendhis mengangguk lalu pergi melakukan permintaan Genta. Sementara Genta kembali sibuk membuat kopi.

Selesai membuat kopi dan memberikannya pada pelanggan, Genta meminta waktu istirahat pada Bagas agar sahabatnya itu bisa menggantikan tugasnya sebagai barista selama Genta pergi menemui keluarganya. Meski tak sejago Genta, tapi Bagas juga punya pengetahuan dalam meracik kopi karena pernah mengikuti pelatihan bersama Genta di kelas barista.

Lalu dengan hati yang berat, Genta pergi ke belakang kafe menemui orangtuanya. Ia merasa canggung bertemu mereka, apalagi setelah kelakuannya di rumah Gladys.

Genta berpapasan dengan Gendhis di depan ruang manager. Perempuan itu menyunggingkan senyuman manis pada Genta, lalu mengelus pipinya pelan, memberikan dukungan secara mental pada kekasihnya.

"Aku balik kerja dulu ya. Aku ada di kafe kalau kamu butuh aku."

Genta mengangguk, bersyukur dalam hati karena Gendhis ada di sisinya dan mendukungnya.

Dengan hati yang sedikit lebih ringan, Genta membuka pintu ruang manager dan mendapati orangtuanya sedang duduk di sofa dengan Aurora di pangkuan Ghea.

Untungnya Genta sudah membeli sofa baru dengan uang kiriman Ghea di hari ulang tahunnya. Kalau tidak, Genta pasti tak mampu menatap mata ayah dan ibunya saat mereka duduk di sofa bersejarah itu. Sofa yang jadi saksi bisu pergumulannya dengan Gendhis tersebut kini berpindah ke rumah kontrakan Genta.

Secara bergantian, Genta mencium tangan kedua orangtuanya. Lalu menggendong Aurora yang sejak tadi merengek minta dipeluk olehnya.

Lalu sambil menggendong Aurora, Genta menarik kursi beroda dari balik meja agar bisa duduk di hadapan kedua orangtuanya tanpa terhalang meja.

Genta mengambil kunci motornya yang terhubung dengan gantungan kecil berbentuk boneka Luffy dari serial One Piece lalu memberikannya pada Aurora untuk dimainkan.

"Ayah sama Bunda tahu darimana tempat kerjaku?" Tanya Genta setelah dia duduk.

"Gendhis yang kasih tahu, kemarin Bunda meneleponmu dan dia yang mengangkat."

Genta manggut-manggut mendengar ucapan Ghea.

"Apa kafe ini milikmu?" Tanya Ganendra.

"Milik bersama, Yah. Aku sama Bagas merintis dari bawah, jualan kopi pake mobil keliling Bali. Lalu setelah uangnya cukup kami sewa tempat ini buat bikin kafe."

Genta menyembunyikan fakta bahwa dia bisa membangun kafe ini berkat uang bulanan kiriman Ghea yang tak pernah dia gunakan selama 3 tahun. Hasil bisnis kopi kelilingnya hanya cukup untuk beli mesin kopi dan biji kopi, sedangkan sewa gedung dan gaji karyawan semua dari tabungan uang sakunya. Dia merasa malu karena sudah dewasa namun tetap diberi uang saku, sayangnya Ghea selalu melakukannya walau Genta sudah melarang.

When I Kiss You Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang