Genta duduk termenung di atas tempat tidur Gendhis, sementara wanita itu sedang menidurkan Gema di kamar sebelah.
Pikiran Genta kusut, banyak sekali yang terjadi di hari ulang tahunnya yang ke-28 ini.
Hari ini diawali dengan kebahagiaan, ia bangun dengan Gendhis di pelukannya, lalu video call dengan Bunda. Setelah itu merayakan ulang tahunnya di rumah ini bersama keluarga Gendhis.
Siapa sangka, kalau sore harinya saat ke tempat Gladys, dia akan bertemu dengan keluarga yang telah dijauhinya selama 3 tahun ini.
Genta menyesali perkelahiannya dengan Gauhar. Seharusnya dia tak perlu terpancing emosi karena kata-kata Gauhar.
Apa benar dia seorang pengecut? Yang hanya bisa lari dari masalah? Jika 3 tahun lalu ia tak pergi apakah kehidupannya sekarang akan berbeda? Tapi bagaimana mungkin Genta bisa hidup bersama dengan kembaran yang telah menghianatinya dan juga mantan tunangan yang telah jadi iparnya?
Genta mengusap wajahnya, berusaha menenangkan diri sebelum emosinya meledak lagi.
Ketika Genta sedang berusaha keras mengatur emosinya, Gendhis muncul dan duduk di sebelah pria itu.
Sentuhan lembut Gendhis di bahu Genta membuat pria itu seketika menemukan ketenangan yang ia cari. Amarah yang tadi seakan meluap karena mengenang masa lalu, kini menguap entah kemana.
"Hei, apa yang sedang kamu pikirkan?" Gendhis bertanya pelan
Genta menatap kekasihnya, lalu menghela napas panjang.
"Aku hanya mengenang semua yang terjadi hari ini. Seharian ini kayak roller coaster buatku. Senang, sedih, haru, bahagia, juga luka yang kembali terbuka. Semua kurasakan hanya dalam waktu kurang dari 12 jam. Tapi kamu tahu apa yang paling berkesan buatku?"
"Apa?" Gendhis balik bertanya.
"Karena kamu ada di sisiku. Apa yang terjadi hari ini, adalah sesuatu yang terasa surreal bagiku, awalnya aku diterbangkan kebahagiaan karena merayakan ulang tahun dengan orang-orang berharga. Lalu aku bertemu dengan orang-orang yang kurindukan juga paling menyakitiku. Aku bisa melewati semuanya dengan baik tanpa terpuruk karena kehadiranmu disampingku."
Genta menyentuh wajah Gendhis, wanita yang baru beberapa bulan ia kenal, namun telah menjadi orang paling berharga dalam hidupnya saat ini.
"Makasih karena ada di sisiku hari ini. Kehadiranmu sangat berarti buatku." Genta berkata sungguh-sungguh.
Gendhis tersenyum penuh haru mendengarnya. Akan tetapi ada satu hal yang ingin dia tanyakan sejak mendengar masa lalu Genta, dan Gendhis merasa ia berhak tahu jawabannya karena Genta juga pernah menanyakan hal serupa padanya.
"Ta, aku mau nanya sesuatu dan aku harap kamu jawab jujur."
Genta memiringkan wajahnya memandang Gendhis, menanti sang kekasih mengungkapkan pertanyaannya.
Sementara wanita itu menarik napas dalam-dalam, seolah sedang bersiap kalau-kalau jawaban Genta tak memuaskannya, atau malah membuatnya kecewa.
"Apa kamu....masih mencintai Azalea?" Gendhis memandang Genta dengan seksama, ingin melihat reaksi pria itu atas pertanyaannya.
Genta tak segera menjawab, ia melepaskan tangannya dari wajah Gendhis lalu mengepalkannya di atas pahanya sendiri. Lalu ia menunduk, seolah enggan menatap Gendhis.
Diamnya Genta membuat Gendhis merasa gelisah. Apakah Genta masih memiliki perasaan pada mantannya? Berbeda dengan Bryan yang merupakan seorang bajingan hingga membuat Gendhis mudah melupakannya, Azalea adalah perempuan baik-baik yang tak beruntung karena terjatuh dalam sandiwara keji Gauhar. Wajar saja bila Genta masih memiliki perasaan pada perempuan itu, apalagi mereka sempat tunangan dan berniat menikah.
KAMU SEDANG MEMBACA
When I Kiss You
General FictionSejak aku dihianati oleh saudara kembarku sendiri, sejak itu pula aku menutup rapat pintu hatiku. Setelah pernikahan Gauhar dan Azalea, aku memilih pergi, jauh dari mereka semua. Luka yang mereka berikan padaku, entah sampai kapan bisa disembuhkan...