Bab 23: Her Tears

159 25 8
                                    

"Sayang, kamu masih marah padaku?" Tanya Ganendra pada Ghea yang berbaring membelakanginya.

"Diamlah, aku nggak mau bicara denganmu. Kamu udah hianatin aku!" Ghea berkata gusar.

Ganendra mendesah. "Astaga. Aku juga nggak tahu kalau anaknya Gendhis bakalan datang ke kafe waktu aku lagi di sana. Itu cuma kebetulan sayang."

"Ya kan kamu bisa telpon aku ngasih tahu ada dia di sana jadi aku bisa nyusulin kamu ke kafe."

"Dan membuat kedua anakmu bertemu lagi? Bikin keributan lagi?"

Ghea terdiam. Tak bisa berkata apapun. Jika siang tadi dia datang ke kafe bersama Gauhar dan si kembar, dia tahu kemungkinan akan terjadi keributan kalau Genta dan Gauhar bertemu lagi. Karena keduanya masih belum bisa melupakan masa lalu.

Sebagai ibu, Ghea merasa tak berdaya karena tak bisa membuat kedua buah hatinya berbaikan.

Ganendra merangsek mendekat, memeluk istrinya dalam posisi spooning. Ghea tak menolak, bahkan mengelus lengan sang suami yang melingkari perutnya.

"Apa yang kamu pikirkan? Kenapa tiba-tiba diam?" Tanya Ganendra lembut.

"I am a bad mother. Aku nggak bisa mendamaikan anak-anakku. Aku benci situasi ini. Kenapa aku harus memilih anak mana yang harus kubela? Aku mencintai mereka berdua sama besarnya, situasi ini membuatku tak bisa bersikap adil pada siapapun."

Ganendra mengeratkan pelukannya, berusaha menghibur sang istri.

"Kamu adalah ibu terbaik untuk anak-anak kita. Dan aku yakin mereka juga mengetahuinya. Apa yang terjadi pada Gauhar dan Genta setelah mereka dewasa, adalah hal-hal yang berada di luar kuasa kita sebagai orangtua. Kamu tak perlu menghakimi dirimu sendiri sekeras itu, kamu sudah melakukan upaya terbaikmu sebagai ibu mereka. Jadi berhentilah menyalahkan dirimu sendiri."

Airmata Ghea menetes mendengar ucapan suaminya, ia membalikkan badan agar bisa balas memeluk Ganendra dan terisak di dada pria itu.

Ganendra membiarkan sang istri menumpahkan kesedihan sepuas hatinya. Hanya dia yang tahu berapa banyak airmata Ghea yang tumpah selama 3 tahun ini. Ia juga merasa gagal sebagai suami, karena dia tidak bisa memenuhi impian Ghea untuk punya keluarga yang harmonis dan penuh cinta.

"Besok pagi, aku akan telpon Genta dan menyuruhnya bicara pada Gendhis agar membawa Gema saat berangkat kerja ke kafe." Ganendra berusaha membujuk istrinya agar berhenti menangis.

"I'll like that." Ghea bergumam pelan, wajahnya masih terkubur dalam dekapan sang suami. Isaknya telah berhenti.

"Aku juga akan bicara dengan Gauhar, agar dia bisa jalan jalan sendiri bareng si kembar besok tanpa kita." Ganendra kembali bicara.

Ghea menjauhkan wajahnya sedikit dari dada sang suami agar bisa menatap wajah pria itu.

"Dia pasti kerepotan bawa Anyelir dan Aurora sendirian. Biar Rora ikut kita saja. Aku nggak mau Rora tantrum lagi karena Anyelir yang memonopoli Gauhar."

Ganendra terdiam, mereka berdua tahu bahwa Gauhar cenderung pilih kasih pada anak-anaknya. Namun itu tak bisa dihindari karena Anyelir sering sakit-sakitan sejak lahir sehingga membutuhkan perhatian ekstra. Dan sebagai kakek nenek, mereka berusaha memberi perhatian dan kasih sayang yang berlimpah agar Aurora tak merasa kekurangan.

"Kamu benar, kita akan ajak Rora ikut sama kita. Biar Gauhar quality time berdua dengan Anyelir." Ganendra berkata pelan sambil menyeka sisa airmata di wajah Ghea. "Sekarang kita tidur ya, jangan menangis lagi. I hate to see your tears."

Ghea menganggu pelan lalu kembali melabuhkan diri dalam hangatnya dekapan sang suami.

###

Keesokan harinya...

When I Kiss You Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang