Satu bulan kemudian...
"Apa Gema sudah tidur?" tanya Genta ketika melihat Gendhis keluar dari kamar dan menghampirinya yang sedang nonton tv di ruang depan.
Gendhis mengangguk sambil berjalan mendekati kekasihnya. Hari ini ia dan Gema menginap di rumah Genta. Selama sebulan belakangan, hubungan mereka bertiga tambah dekat. Gendhis sering menginap di rumah Genta, begitupun sebaliknya. Gema juga sangat suka berada di dekat Genta, tak ada kecanggungan, yang ada hanya rasa nyaman seperti saat Gema bersama dengan Bram atau Diego.
Saat ini, Gema tertidur karena kelelahan setelah bermain video game dengan Genta. Karena Bram dan Diego tak punya perangkat video game di rumah, jadinya Gema selalu antusias jika diajak ke rumah Genta karena di sana ia bisa bermain video game sepuasnya.
Kamar tamu di rumah kontrakan Genta yang sebelumnya selalu kosong kini menjadi tempat Gema menghabiskan malam setiap kali menginap di rumah pacar ibunya. Gendhis selalu dibuat takjub dengan kesediaan Genta mengubah gaya hidupnya demi menyesuaikan diri dengan Gema, pria itu tak pernah merokok di depan Gema, juga tak pernah minum alkohol saat mereka sedang bertiga.
Lebih daripada itu, Genta juga menunjukkan ketulusannya saat bersama Gema, pria itu selalu mencurahkan perhatian seratus persen pada anak itu. Dia juga tanpa ragu ikut mengurus keperluan Gema, bahkan mengantar anak itu ke kamar mandi tanpa merasa risih sedikitpun. Hal ini tentu saja membuat Gendhis makin jatuh hati pada pacarnya.
Setelah Gendhis duduk di sofa, Genta merebahkan diri dengan menaruh kepala di pangkuan kekasihnya. Gendhis hanya tersenyum dan membiarkan Genta bermanja-manja padanya. Wanita itu mengelus rambut Genta yang halus, rambut yang sering ia jambak ketika Genta memberinya kenikmatan di tempat tidur.
"Jadi, apa rencanamu setelah mendapat gaji pertama dari kafe?" tanya Genta sambil menatap wajah kekasihnya.
Siang tadi, Bagas memberikan gaji pertama pada Baim dan Gendhis juga bonus cuti satu hari untuk mereka. Berkat investasi dari Ganendra, kafe GG bisa merekrut karyawan baru sehingga bisa ada hari libur bergiliran untuk pegawai walaupun kafe buka setiap hari.
Genta kini tak sendirian lagi membuat kopi dengan hadirnya barista baru di kafe mereka, Bagas juga bisa fokus dengan tugas manajer karena sudah ada tukang cuci gelas. Gendhis pun tak sendirian lagi melayani pelanggan karena ada dua orang waitress baru yang dipekerjakan, sehingga bisa diberlakukan sistem shift secara bergantian.
"Aku berencana ambil jatah cutiku buat besok. Aku mau ke pantai sama Gema, udah lama dia mau main ke pantai sama aku." Gendhis mengungkapkan rencananya.
"Hmm...piknik ke pantai kedengeran seru. Apa aku boleh ikut?" tanya Genta lagi.
Gendhis menggeleng. "Aku mau quality time berdua aja ama Gema. Jadi aku mau besok bener-bener fokus sama Gema aja."
"Memangnya kalau ada aku, kamu nggak bisa fokus sama Gema?" Genta bertanya heran.
Gendhis memutar bola matanya melihat Genta yang bersikap pura-pura tidak tahu. "Ya, aku nggak akan bisa fokus karena kamu akan selalu mengangguku."
Genta menyeringai, tangannya terangkat membelai bagian belakang leher Gendhis. "Jadi aku bikin kamu nggak fokus, hmm?" Genta menarik leher Gendhis ke bawah agar dia bisa mencium bibir kekasihnya.
Gendhis membalas kecupan Genta di bibirnya, ia sangat suka dengan rasa Genta. Aroma kopi bercampur dengan feromon lelaki yang membuatnya mabuk kepayang.
Mata keduanya terpejam menikmati momen kemesraan. Setelah beberapa menit bergulat lidah, tautan bibir mereka akhirnya terlepas. Sepasang sejoli itu saling memandang penuh kasih, Gendhis mengelus pipi Genta yang masih nyaman berbaring di pangkuannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
When I Kiss You
Fiksi UmumSejak aku dihianati oleh saudara kembarku sendiri, sejak itu pula aku menutup rapat pintu hatiku. Setelah pernikahan Gauhar dan Azalea, aku memilih pergi, jauh dari mereka semua. Luka yang mereka berikan padaku, entah sampai kapan bisa disembuhkan...