Prilly POV
Mataku memandang nanar ke arah dua nisan di hadapanku. Orang-orang berpakaian hitam satu persatu mulai meninggalkan tempat ini.
'Mama.. Papa.. kenapa kalian ninggalin Prilly..? Prilly nggak punya siapa-siapa lagi sekarang..'
Mataku tak henti-henti nya mengeluarkan air mata untuk meluapkan kesedihanku.
Ya, kedua orang tua ku kini meninggalkanku.
Aku hidup sendiri sekarang. Kecelakaan pesawat itu.. telah merenggut nyawa kedua orang tua ku. Hingga mengharuskan ku melanjutkan hidup ku sendiri.
Namun diriku ini telah sedikit terbiasa dengan 'kesendirian'
Sebenarnya selama satu tahun ini aku tinggal di sebuah apartemen di Jakarta karena Mama menyuruhku untuk bersekolah di kota itu sementara orang tua ku tinggal di Yogyakarta. Tapi sekarang keadaan ini membuat aku mau tak mau harus kembali ke Yogyakarta untuk melanjutkan kehidupanku."Non Prilly, ayo pulang nduk. Ini langit sudah mulai gelap sepertinya akan turun hujan."
Suara wanita itu membuyarkan lamunan ku. "Iya, Bi. Bi Yati duluan ke mobil aja. Prilly nanti nyusul." Ucapku dengan suara parau.
"Baik, Non." Setelah berkata demikian, wanita yang kusapa Bi Yati itu pun berlalu dari hadapanku.
'Pa, Ma, Prilly pulang dulu ya. Besok Prilly kesini lagi. Prilly sayaang Papa sama Mama'
***
Kulangkahkan kaki memasuki rumah yang sempat kutinggalkan itu. Suasana di rumah ini telah berbeda sekarang tanpa kedua orang tua ku. Papa yang biasanya membaca koran sambil menyesap kopi dan Mama yang biasanya mengoceh sambil berkutat di dapur. Hmm aku merindukan saat-saat itu.
Kini rumah besar ku hanya ditinggali oleh aku yang ditemani Bi Yati dan Pak Maman. Bi Yati yang meringankan pekerjaan kami dalam mengurus rumah dan Pak Mama yang merupakan supir kami. Bi Yati dan Pak Maman sudah menemani keluarga kami sejak bertahun-tahun yang lalu. Pekerjaan mereka tak pernah mengecewakan dan mereka selalu setia pada kami.
Pak Maman telah mengurus pemindahan barang-barang ku dari Jakarta ke Yogya. Beliau juga telah mengurus kepindahan sekolahku. Dan aku sangat berterimakasih akan itu semua. Aku tak bisa membayangkan apabila Pak Maman dan Bi Yati tak ada di sisiku saat ini.
Aku tak peduli di SMA mana Pak Maman mendaftarkanku untuk melanjutkan pendidikan. Menurutku semua sekolah sama, hanya seperti-seperti itu saja."Bi Yati, Prilly ke kamar dulu ya.." ucapku pada Bi Yati yang sedang menyapu lantai.
"Iya, Non. Non Prilly istirahat saja ya. Wajah Non kelihatan sangat lelah." Telapak tangan Bi Yati menyentuh pipiku.
"Non jangan sedih terus-terus an..Tuan sama Nyonya sudah bahagia disana."
"Iya, aku tau itu Bi. Makasih ya Bi Yati selalu ada buat keluarga Prilly." Aku memeluk tubuh wanita di hadapanku itu. Aku sudah menganggap Bi Yati seperti keluarga ku sendiri. Tangan Bi Yati bergerak mengusap punggunggku seakan menyalurkan kekuatan.
'Tuhan, terimakasih atas orang-orang di sekitarku. Aku menyayangi mereka semua. Tolong jaga Papa dan Mama disana ya Tuhan. Mereka adalah malaikatku.'
KAMU SEDANG MEMBACA
I am Untouchable
FanfictionBagaikan angin, aku selalu mengikuti kata hatiku. Aku tak mempedulikan kata-kata orang. Bagaikan angin, aku tak tersentuh. Aku lebih banyak menutup diri terlebih setelah kehilangan kedua orang tua yang kusayangi. Hingga aku bertemu sosok dingin yan...