Prilly POV
Mataku mengerjap menyesuaikan pandangan dengan cahaya lampu serta sinar matahari yang menerangi ruangan bercat putih ini. Apa ini di surga?
Ketika mataku telah terbuka sempurna, barulah aku dapat mengenali ruangan ini. Rumah sakit. Aku melihat tangan kiriku yang dipasangi infus kemudian meraba dahiku yang dibalut perban.
Aku ingin mengangkat tangan kananku namun rasanya berat. Perlahan aku menengok sebelah kananku. Ali? Apakah dia Ali? Ali sedang tidur dalam posisi duduk dan menempelkan pipinya di pinggir kasur dengan tangan kananku ia gunakan sebagai bantal. Wajahnya yang tampan terlihat damai dan polos saat tertidur seperti itu tapi ia tampak kelelahan.
'Terimakasih Tuhan aku masih diberi kesempatan untuk bertemu dengannya lagi..'
Ya. Ternyata ini bukan surga. Aku masih berada di dunia walau saat ini ada malaikat tampan yang tertidur di dekatku.
Teringat kembali kejadian beberapa saat lalu. Aku mengalami kecelakaan lagi yang mengharuskan aku terbaring kembali di rumah sakit. Tapi.. hei.. aku sudah ingat semuanya! Aku ingat Ali!
Aku ingat wajah nya yang penuh khawatir ketika menghampiriku tadi. Dari mana datangnya Ali? Sepertinya memang sudah rencana Tuhan.. yang penting aku senang karena Ali tak jadi meninggalkanku dan ingatan ku pun telah pulih.
Kuedarkan pandangan ke sekitar ruang inapku. Apa itu yang ada di sofa? Sepertinya jaket jeans dan kaos.. yang terkena.. hmm darah..? Ah ya! Itu kan baju dan jaket yang Ali pakai tadi. Aku sempat melihatnya sebelum pandanganku mengabur. Dan sekarang Ali telah memakai kaos bersih berwarna putih. Pastilah noda di jaket dan kaos Ali yang ada di sofa itu adalah darahku. Betapa baiknya Ali yang masih mau menolongku padahal aku telah sangat menyakiti hatinya.
"A..li.." panggilku lirih. Aku tau aku mengganggu tidurnya tapi aku merasa sangat merindukannya. Aku merasa pertemuan ku dengan Ali beberapa hari ini bukanlah pertemuan yang baik karena aku tak mengenalinya.
Ia menggeliat sambil membuka matanya perlahan.
"Prilly? Kamu udah sadar?" Ali menegakkan tubuhnya memandangku berbinar.
Aku mengangguk menyunggingkan senyum.
"Kangennn..." rengekku sambil mengangkat kedua tangan minta dipeluk.
Ia tertawa kecil.
"Kamu masih sakit sayang.. masih harus tiduran.. ntar an ya kalo udah bisa bangun aku peluk kamu berjam-jam deh.."
"Enggak.. aku mau dipeluk sekarang..! Aku bisa bangun kok.." aku mencoba menegakkan badanku sekuat tenaga walau jujur sekujur tubuh ku masih terasa sakit.
"Eh kamu ngeyel ya.." Ali berdiri membantuku duduk. Kemudian ia bergabung duduk di bed berhadapan denganku. Aku langsung meraih tubuhnya dan kupeluk erat. Kuhirup dalam-dalam aroma tubuhnya yang selalu menenangkan. Aku sempat kehilangan ini semua.
Ia membalas pelukanku dan mengusap rambutku lembut."Maafin aku.." aku terisak dalam pelukannya.
"Sst.. enggak.. jangan minta maaf.. kamu nggak salah sayang.."
"Tapi aku udah ngelupain kamu Li.. pacar macem apa aku ini.. aku udah nggak pantes jadi pacar kamu Li.." ia melepas pelukannya dan menangkup pipiku. Matanya menatapku lembut. Aku merindukannya.
"Aku nggak mau denger kamu ngomong kayak gitu.. kamu itu yang terbaik buat aku, yang terindah buat aku.. sampai kapanpun aku bakal jadi orang yang beruntung banget karena punya kamu.." tangannya menyeka lembut air mata yang meleleh dari pelupuk mataku.
"Makasih Li.. kamu selalu ada disamping aku.. bahkan aku udah ngomong yang buruk-buruk sama kamu.."
"Aku tau.. tapi yang ngomong gitu kan bukan Prilly nya Ali.. dia itu Prilly yang lagi lupa sama Ali.. dan sekarang nih.. yang di depanku ini.. dia Prilly nya Ali.. Prilly yang selalu bikin Ali kangen.. selalu bikin Ali makin sayang.. makin cinta sama dia.." Ali mencubit hidungku pelan.
KAMU SEDANG MEMBACA
I am Untouchable
FanfictionBagaikan angin, aku selalu mengikuti kata hatiku. Aku tak mempedulikan kata-kata orang. Bagaikan angin, aku tak tersentuh. Aku lebih banyak menutup diri terlebih setelah kehilangan kedua orang tua yang kusayangi. Hingga aku bertemu sosok dingin yan...