Part 30

16.9K 1.1K 21
                                    

Ali tersenyum miris menatap tiket pesawat yang tergeletak di meja di hadapannya. Ya. Lelaki tampan itu memutuskan untuk kembali ke Sydney.

Pikirannya terbang mengingat kalimat Prilly saat mereka bertemu di hari ulang tahun Kevin kemarin.

"AKU BENCI SAMA KAMU! AKU NGGAK MAU LIAT KAMU LAGI ALI!!" perkataan Prilly itu tepat menusuk jantung Ali. Ia merasa segalanya akan sampai di sini saja.

Berhenti berjuang? Menyerah? Entahlah. Ali selalu mengingat janji nya untuk tidak meninggalkan Prilly. Namun saat ini kasus nya beda. Prilly tak menginginkan Ali. Prilly tak ingin bertemu dan melihat Ali lagi.
Ali juga merasa usahanya beberapa hari ini sia-sia, semuanya tak ada yang membuahkan hasil. Prilly tetap melupakannya. Sepertinya ia memang harus berlapang dada dan menerima kenyataan. Berada di Indonesia tanpa boleh bertemu dan menatap Prilly justru akan membuatnya semakin larut dalam kesedihan.
Maka Ali memutuskan untuk kembali ke Sydney saja.

"Mungkin memang kita nggak berjodoh, Prill.. maaf selama ini aku ganggu hari-hari mu.." gumam Ali sambil membuka kotak berukuran sedang berwarna merah. Tangannya bergerak memasukkan dua barang ke dalam kotak tersebut.

Tak banyak, hanya dua barang. Buku coklat Ali yang berisi foto-foto Prilly yang selama ini ia simpan dan bawa serta sebuah MP3 lengkap dengan earphone nya, MP3 tersebut sengaja hanya diisi satu lagu oleh Ali yaitu Yellow. Lagu yang memiliki kenangan tersendiri bagi Ali dan Prilly walau kini Prilly melupakannya.
Ali tak berharap banyak. Ia hanya ingin mengembalikan sesuatu yang hilang dalam hidup Prilly, kenangan. Ali yakin selama mengalami amnesia ini Prilly pasti merasa kehilangan sesuatu. Tak mungkin jika gadis itu biasa-biasa saja.

Dengan kepergiannya ke Sydney, Ali akan mencoba untuk merelakan Prilly. Merelakan cewek bawelnya. Merelakan seseorang yang telah mewarnai hidupnya selama beberapa tahun ke belakang.

Ali menutup rapat kotak merah tersebut. Tiba-tiba cairan bening lolos begitu saja dari matanya. Ternyata semuanya tak semudah itu bagi Ali. Terlalu banyak memori indah yang ia ciptakan bersama Prilly, rasanya mustahil untuk meninggalkan gadis mungil itu.
Dengan segera punggung tangan Ali menyeka air mata yang perlahan menuruni pipinya.

"Aliiii..."

"Ih Ali kok diem aja sih... liat aku dong.. aku udah rela nggak istirahat buat nyamperin kamu loh.. tapi kamunya malah diem aja gini dari tadi.. kenapa sih..?" Prilly menangkup kedua pipi Ali dan menolehkan kepala Ali padanya.

"Loh sayang kenapa nangis..?" Ali masih tak bergeming. Hanya menatap Prilly sendu.

"Hei.. Ali.. jawab dong.. jangan kayak gini.. aku nya juga jadi ikut sedih.." ucap Prilly dengan suara parau menahan tangis.

Ali mengusap pipi gadis nya sambil tertawa kecil.

"Enggak.. tadi malem aku mimpi.. tapi mimpinya nyebelin.. aku nggak suka aja.."

"Emang kamu mimpi apa..?"

"Aku mimpi kamu pergi ninggalin aku.. kamu tiba-tiba hilang dan aku nggak bisa liat kamu lagi.. nggak bisa pegang kamu lagi.." Ali menatap Prilly lekat masih dengan tatapan sendunya.

Senyum Prilly mengembang seiring dengan jemarinya yang membersihkan sisa air mata Ali.

"Ali sayaang... mimpi itu cuma bunga tidur.. aku nggak akan ninggalin kamu kok.. percaya deh sama aku..."

"Aku takut kehilangan kamu Prill.. aku ngerasa suatu saat nanti kamu bakal pergi dari aku.." Ali meraih tangan Prilly yang berada di pipinya dan menggenggamnya erat.

"Kamu kok ngomong gitu sih.. ini yaa.. dengerin aku ya.. Prilly.. nggak... akan... pergi.. dari.. Ali.." Prilly mengeja setiap kata untuk meyakinkan Ali.

I am UntouchableTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang