Part 9

19K 1.4K 0
                                    

Ber pasang-pasang mata menatap kagum ke arah seorang laki-laki bertubuh tegap atletis yang sedang berlalu santai di hadapan mereka.
Namun yang ditatap justru memasang tampang dingin.

Ya. Siapa lagi kalau bukan Aliando Syarief, anak dari sang pemilik SMA Harum Bangsa.
Sorot mata nya yang tajam, alis tebal, ditambah hidung mancung nya selalu berhasil menyita pandangan setiap wanita yang melihat sosok itu.

Ali setengah berlari menuju lapangan basket indoor sekolah nya yang telah ramai.

Hari ini pelajaran di tiadakan karena SMA Harum Bangsa mengadakan pertandingan basket persahabatan dengan SMA Taruna.
Sehingga semua pemain tim basket, termasuk Ali sang kapten harus bersiap-siap.

"Dari mana saja kamu Li?" Tanya pria yang mengenakan topi hitam pada Ali.

"Maaf coach.. tadi saya disuruh ke ruangan papa sebentar.."

"Ya sudah kamu langsung bergabung dengan yang lain saja.. kalian pemanasan dulu."

"Baik coach."

Gadis-gadis yang berada di bangku penonton histeris meneriakkan nama idola-idola mereka.

"Aliiiii"

"Keviiinnn"

"Bobbyyy"

....

Namun tetap saja nama sang kapten, Ali yang mendominasi.

"Ayo Prill... buruan ke lapangan basket... jalan nya yang cepet dikit dong..!" omel Mila sambil menarik tangan Prilly.

"Iihhh Mila ya kesana sih kesana tapi pelan-pelan dong.. tangan aku sakit.. lagian apa bagusnya sih pertandingan itu..? Kok kamu nafsu banget pengen nonton?"

"Iyalah gue harus nonton! Kan ada Kevin!" ceplos Mila.

Prilly sontak menghentikan langkahnya.

"Apa Mil..? Kevin...?" Prilly memicingkan matanya menggoda.

Mila yang menyadari perkataannya sendiri langsung menepuk dahinya.

'Duh. Keceplosan gue!' batin Mila.

"Mm.. itu.. Prill... mmm.. lo salah denger kali... iya lo.. lo salah denger kali..! Udah buru jalan!" Mila berusaha mengelak dan menutupi kegugupannya.

"Terus kenapa pipi kamu merah gitu Mil? Cie Mila cieee... " Prilly mencolek dagu sahabatnya itu.

"Apaan sih Prill cia cie apaan. Udah ayo jalan..!" Mila langsung menyambar tangan sahabatnya itu agar godaan Prilly tidak berkelanjutan.

Sesampainya di lapangan, Prilly dan Mila mengambil tempat duduk di barisan terdepan. Yaah walaupun sangat sulit untuk melewati lautan perempuan yang terus-terusan berteriak histeris itu. Prilly sampai mengusap telinga nya karena tak terbiasa dengan histeria penonton.

Prilly tak pernah menonton pertandingan basket sebelumnya. Biasanya ia lebih antusias untuk bermain piano di rumahnya ketimbang harus berdesakan menonton pertandingan basket.

Namun karena paksaan Mila sahabatnya akhirnya Prilly pun luluh dan meng iya kan keinginan Mila. Apalagi setelah mendengar nama Ali di sebut-sebut. Entah mengapa Prilly sangat ingin melihat cowok itu.

Prilly mengedarkan pandangan ke seluruh penjuru lapangan basket.

'Itu dia Ali... dia sedang mengobrol dengan Kevin.. terlihat sangat cool dengan jersey itu.. ehh.. itu.. Ghina ngapain?'

Ghina yang memang adalah anggota Cheerleader, memanfaatkan kesempatan itu untuk bermanja ria dengan Ali. Ia bergelayut manja di lengan lelaki tampan itu. Dan Ali pun terlihat cuek dengan perilaku Ghina.
Prilly yang melihat kejadian itu tanpa sadar menyunggingkan cemberut di wajah cantiknya.

I am UntouchableTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang