Part 28

15.5K 1.4K 18
                                    

"Prilly.. bangun sayang..." ucap Tante Letty lembut.

"Hmmm" Prilly masih setia menutup matanya.

"Bangun Prilly... katanya kamu ada kelas pagi kan?"

"Eh? Iya Tante.." Prilly menguap kecil menahan kantuknya. Perlahan ia membuka mata dan mendudukkan tubuhnya di kasur.

"Yaudah kamu mandi gih.."

Prilly melirik jam yang bertengger di dinding kamarnya kemudian mengangguk pada Tante Letty. Wanita itu pun mengusap puncak kepala Prilly penuh kasih sayang kemudian beranjak pergi. Entah mengapa setiap menatap Prilly, rasa bersalah dalam diri Tante Letty semakin membuncah.

***

Gadis dengan tatanan rambut kuncir kuda itu berjalan santai menuju kelasnya, sesekali ia menyapa atau tersenyum pada orang-orang yang ditemuinya.
Hingga kurang beberapa langkah menuju kelasnya, mata gadis yang tak lain adalah Prilly itu menangkap sosok yang kemarin memeluknya tanpa sebab. Kini sosok itu sedang menatap tajam padanya. Prilly mengacuhkan Ali dengan tetap berjalan melewatinya dan hanya melirik Ali sebentar.

Sontak Prilly menghentikan langkahnya ketika tangan Ali mencengkeram kuat pergelangannya.

"Eh ka-kamu ngapain sih.." Prilly menatap cemas sekeliling sambil berusaha melepaskan pegangan Ali. Namun usahanya sia-sia karena kekuatan Ali sudah pasti jauh lebih besar.

"Kalo ngomong sama orang itu.. Lo liat matanya..!" Ali meninggikan suaranya masih dengan tatapan tajam yang ia tujukan pada perempuan dihadapannya.

DEG

Keduanya sama-sama merasa deja vu. Memang Ali pernah mengatakan kalimat itu sebelumnya pada Prilly kala mereka SMA. Tapi saat ini Ali juga tak sadar telah mengucapkan kalimat itu lagi untuk kedua kalinya.

Hening. Baik Ali maupun Prilly sama-sama tenggelam dalam pikiran masing-masing. Tapi Ali masih belum melepas cengkeramannya pada pergelangan Prilly.

Prilly sedikit terkejut karena Ali membentaknya padahal kemarin lelaki itu tampak begitu lembut padanya. Semakin menguatkan tuduhan Prilly pada Ali bahwa Ali memang sangat aneh. Tapi Prilly tak memungkiri bahwa ia merasakan gejolak aneh saat ini. Ia merasa pernah berada dalam situasi seperti ini. Terlebih kata-kata Ali barusan yang berhasil membungkam rapat bibir keduanya kini.

Sebelah tangan Prilly yang bebas dari Ali terangkat menyentuh pelipisnya. Prilly merasakan sakit itu lagi. Kepalanya berdenyut-denyut lagi.

"Aaakh" pekik Prilly.

Ali yang terkejut sekaligus panik langsung melepas pergelangan Prilly yang sedari tadi ia pegang.

"Kamu kenapa sayang?" Ali hendak menyentuh pelipis Prilly namun Prilly menjauhkan kepalanya.

Dari kejauhan, Revan yang baru saja memarkir mobilnya dan hendak menuju kelas pun melihat Prilly dengan pria aneh yang kemarin dengan nekatnya memeluk Prilly di hadapan Revan padahal Prilly berkata bahwa ia tak mengenal lelaki yang bernama Ali itu. Revan menyadari gelagat aneh dari Prilly.

"Apa sakit kepala Prilly kambuh lagi..." batin Revan bertanya-tanya.

Tanpa menunggu lama, Revan berlari ke tempat dimana Ali dan Prilly bersitegang.

"Kambuh lagi Prill..?" Tangan Revan bergerak mengusap dahi Prilly lembut membuat Ali menatapnya geram.

Prilly mengangguk lemah menatap Revan. Pandangan Revan pun beralih pada Ali.

"Lo ngapain ganggu Prilly terus sih?!" Revan mendorong bahu Ali kasar.

"Gue nggak ada urusan sama lo."

I am UntouchableTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang