"Pak nanti tolong jemput saya seperti biasa ya. Dan tolong tas warna merah di atas kasur saya nanti di bawa ya Pak. Saya akan menginap di rumah Mila malam ini."
"Baik, Non"
Setelah berpamitan pada Pak Maman, Prilly pun melangkah menuju kelas. Ada keraguan dan rasa takut saat ia melangkah mengingat ancaman Ali yang berkata bahwa lelaki itu akan membalas kejahilan Prilly perihal sms kemarin malam.
'Huh Ali pake bales bales segala. Aku kan cuma bercanda.. dia mau ngapain yaa duh jadi takut gini.. semoga gak ketemu deh..'
Sesekali Prilly menengok kanan kiri memastikan keadaan sekitarnya aman. Tak ada Ali sejauh mata memandang. Prilly pun menghela nafas lega.
'Aman..'
Hingga beberapa saat kemudian, Prilly tak dapat melanjutkan langkahnya karena merasa ada yang menarik tas yang berada di punggung Prilly.
Jantung Prilly berdebar kencang. Ia panik dan tak berani menengok ke belakang. Ia memejamkan matanya, merasakan peluh yang mengucur di dahinya.
'Pasti bukan Ali. Bukan dia. Bukan dia. Aku udah bela-bela in dateng pagi gini. Lingkungan sekolah aja masih sepi. Gak. Ini pasti bukan Ali. Semoga bukan Ali, ya Tuhan..' Prilly membatin dan menggelengkan kepala nya pelan. Ia berharap bahwa seseorang yang menarik tas punggungnya bukanlah Ali.
"Lo pikir lo bisa kabur dari gue ha?" Suara berat itu membuat lutut Prilly lemas seketika.
Sudah dipastikan siapa pemilik suara itu. Dia tak lain adalah orang yang paling tidak ingin ditemui Prilly saat ini. Ali. Ia tahu Ali tak pernah main-main dengan ucapannya.
Prilly masih belum berbalik badan. Ia menundukkan kepala nya dalam-dalam.
'Seseorang, tolong selamatkan aku dari iblis ini...! Kenapa belom ada orang sih di sini?! Mamaaa'
Ali tertawa kecil melihat tingkah Prilly.
Prilly sudah benar-benar pasrah ketika ia merasakan tangan Ali menarik kuat tas nya ke belakang sehingga badannya terhempas di tubuh Ali.
Kini hanya tas punggung yang membatasi jarak tubuh mereka.
Ali sedikit membungkukkan badannya.Prilly membuka mata perlahan saat ia merasakan hembusan nafas seseorang di dekat telinganya.
"Lo belum terima hukuman dari gue.." Ali berbisik tepat di telinga Prilly.
Darah Prilly berdesir. Ia benar-benar gugup karena berada dalam posisi seperti itu. Dengan cepat, ia memalingkan wajah nya ke arah lain untuk menghindari Ali.
"Ma-af Li.. a..aku cuma bercanda kemarin.." Prilly menggigit bibir bawahnya.
Kedua tangan kekar Ali meraih bahu Prilly dan membalikkan tubuh gadis itu sehingga mereka berhadapan saat ini.
Prilly masih tak berani menatap mata Ali. Ia hanya memandang cemas sekeliling, berharap malaikat datang menyelamatkannya.
Ali mengangkat dagu Prilly dengan telunjuknya agar perempuan itu mau menatap mata nya.
"Apa lo nggak tau.. seorang Aliando Syarief itu orang yang serius..?" Ali menatap Prilly tajam.
"Apa lo nggak tau.. seorang Aliando Syarief nggak suka ada candaan kalo lagi serius..?"
Prilly mulai melangkah mundur saat kaki Ali mulai bergerak maju mendekatinya. Namun mata Ali masih menatapnya tajam menyiratkan keseriusan.
"Apa lo nggak tau.. seorang Aliando Syarief nggak pernah main-main sama omongannya..?" Ketakutan Prilly memuncak ketika badannya terdesak dinding gedung sekolah. Tak ada ruang untuk berjalan mundur lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
I am Untouchable
FanficBagaikan angin, aku selalu mengikuti kata hatiku. Aku tak mempedulikan kata-kata orang. Bagaikan angin, aku tak tersentuh. Aku lebih banyak menutup diri terlebih setelah kehilangan kedua orang tua yang kusayangi. Hingga aku bertemu sosok dingin yan...