Part 11

17.4K 1.4K 0
                                    

Prilly POV

Apakah tadi Ali mendengar semua ucapanku? Mendadak rasa sesal menyeruak di dadaku.

Dan kini Ali sedang memelukku. Aku sudah meronta namun pelukannya malah semakin erat. Aku pun tak dapat memungkiri bahwa posisi ini sangat nyaman. Aku merasa lebih tenang sekarang.

Ia melepaskan pelukannya kemudian memegang kedua bahu ku.

"Bahagia banget ya lo, tim basket sekolah kita menang sampe lo nangis gini?" Ucapan Ali membuatku mengernyitkan dahi.

Tetapi sesaat aku tersadar.

'Syukurlah ia tak mendengar ucapan ku tadi.. malah ia mengira ini air mata kebahagiaan... apakah itu berarti pelukan darinya tadi hanyalah luapan kebahagiaannya yang telah meraih kemenangan?' 

Air mata kembali meleleh dari sudut mataku.

Aku memberanikan diri menatap matanya. Pandangan Ali sulit diartikan.

"Heii.. kok malah nangis lagi sih..' ibu jari nya menyeka air mata di pipi ku.

"Enggak Li.. aku senang.. kamu sama tim kamu bisa menang.." sebuah senyuman kupaksakan muncul di wajah ku. Aku terpaksa berbohong.

"Seneng sih seneng tapi gak sampe nangis juga kali.. ntar cantik nya ilang loh.." telunjuk nya mencolek pipiku dan sepertinya pipi ku memerah sekarang.

"Apasih kamu Li.." ucapku menahan senyum.

"Cieee blushing nih neng..?" Ia terkekeh dan mau tak mau aku pun tertawa kecil.

Malu sekali rasanya kepergok seperti ini.

"Kenapa tadi gak jadi nyamperin gue? Malah lari gitu aja.. " wajah Ali menjadi serius namun tatapannya tak sedingin saat kami pertama bertemu. Ada kehangatan di sorot matanya.

'Aku harus jawab apa Li... apa aku harus bilang aku cemburu? Apa aku harus bilang hati aku sakit ngeliat kamu sama Ghina?'

"Mm itu Li.. tadi.. tadi aku ke perpustakaan mau ngembaliin buku sebelum perpustakaannya di tutup.. eh pas habis dari perpus malah pengen ke taman.." terangku panjang lebar.

aku harus berbohong.

I am UntouchableTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang