Part 22

16.4K 1.2K 11
                                    

Prilly POV

'Pergi aja, Li...
Pergi.. kayak yang lainnya..
Terimakasih buat kejutannya..
Itu kado yang paling mengejutkan ku..'

Apa dia bilang? Pergi? Pergi tanpa jelas kapan kepulangannya?
Mendengar ucapan dari bibir Ali membuat tubuh ku kaku seketika.

Luka masa lalu tentang kehilangan orang yang kusayang sebenarnya sudah hampir tertutup dengan kehadiran Ali yang selalu membuat hariku berwarna.

Tapi sekarang? Orang yang kuanggap sebagai obat justru orang yang membuka kembali luka lama ku, bahkan rasanya bagaikan lukaku ditaburi garam. Pedih sekali.
Hari ulang tahunku, hari yang nyaris sempurna harus diakhiri dengan air mata.

Maafkan aku Ali. Aku memang egois. Namun entah, rasanya sakit sekali menerima kenyataan bahwa kau akan pergi. Apakah tak ada jalan lain?

Jika memang benar-benar harus pergi, beri tahu aku.. beri tahu aku kapan kepulangan mu..
Supaya aku takkan sia-sia menunggu..
Tapi apa? Kau sendiri tak tahu kapan kau pulang..
Aku kecewa Li..
Maaf untuk kali ini aku tak bisa mengerti mu..

Aku tak bisa membayangkan bagaimana sebuah hubungan jarak jauh..
Ali adalah cinta pertama ku. Ia sangat berharga bagi ku.
Aku tak bisa membayangkan hari-hari tanpa nya disampingku..

"Jam delapan tepat, aku berangkat dari bandara Prill.. hope to see you there.."

Sepertinya ia ingin sekali aku ikut mengantar nya di bandara. Tapi entahlah. Aku tak tahu apa aku bisa atau tidak. Bukan, bukan aku. Lebih tepatnya perasaanku.

Katakanlah aku egois..
Katakanlah aku berlebihan..
Tapi memang seperti itu.

Braaakkk..!!!

Kubanting pintu kamar dengan keras meluapkan emosiku.
Tak lama kemudian terdengar ketukan dari balik pintu tersebut.

"Prilly.. sayang.. kamu baik-baik aja kan..?"

"Iya Tante Prilly baik-baik aja kok..! Prilly cuma capek aja.." Aku sedikit berteriak untuk menghilangkan sesenggukan ku.

"Yaudah kamu istirahat sayang.."

Aku tak membalas perkataan Tante Letty. Aku menghempaskan tubuhku di kasur, menenggelamkan wajah ku di bantal dan menangis sejadinya.

Memori-memori bersama Ali muncul bergantian di pikiran ku membuat kesedihan dalam diriku makin bertambah.

'Tuhan, Illy nggak sanggup..'

Perlahan aku merasa kan nafas yang mulai teratur.
Aku menutup hari ulang tahun ku ini dengan kesedihan dan air mata.
Alam mimpi.. aku datang.

Ali POV

Hebat, Ali. Hebat sekali kau berhasil menyakiti nya di hari bahagia nya.
Oh, aku merasa aku adalah orang paling jahat sedunia. Aku mencintai nya namun aku justru membuatnya terluka.
Bodoh kau Ali.

Aku sudah bercerita pada Kevin dan Cio mengenai hal ini lewat telefon. Namun seperti nya mereka juga tak bisa memberi saran yang jelas untukku.
Segalanya memang rumit.

Aku memasukkan barang-barang ku kedalam koper dengan perasaan dan pikiran yang kacau.
Bayangan wajah Prilly tak pernah lepas dari otakku. Aku menyakitinya. Aku sudah menyakitinya, aku sadar akan itu. Tapi aku memang tak bisa berbuat apapun selain menyuruh nya menunggu kepulangan ku yang entah belum pasti kapan.

'Maafkan keegoisan ku, Prill..'

Aku tahu ini tak mudah bagi nya. Sebelum nya kami tak pernah merasakan yang namanya hubungan jarak jauh.
Dan sepertinya Prilly tak sanggup menjalani LDR.
Lalu bagaimana hubungan kami? Apakah hanya sampai sini saja?
Tidak, aku belum sanggup kehilangannya dan memang takkan pernah sanggup. Dia terlalu penting bagiku.

I am UntouchableTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang