Ali POV
Beberapa hari ini aku sudah berangkat ke kantor. Aku melakukan segala nya sendiri. Membeli makan, menyiapkan pakaian, dan keperluan lainnya walau sekali-kali Paman Anan dan Bang Zidan membantuku meski aku sudah menolak nya. Aku tak mau merepotkan siapapun.
Aku harus membiasakan diri dengan semuanya, terlebih temperatur di Sydney saat ini yang menurutku jauh lebih dingin dari Indonesia. Namun beruntung, aku berangkat ke kantor dengan kemeja yang dibalut stelan jas sehingga sedikit menghangatkan tubuhku.
Aku mengurut kening sambil melihat laptop di meja kerjaku yang menampilkan persentase kerugian Syarief Corp Sydney tahun ini. Memang lumayan tinggi dan berdampak.
'Oke, Ali. Lo harus semangat. Semakin cepat semua nya kelar, semakin cepat lo bisa pulang dan ketemu Prilly.' kalimat itu yang selalu kurapalkan dalam batin jika aku merasa lelah memikirkan perusahaan.
Prilly selalu menjadi semangat untukku. Setiap hari aku selalu menyempatkan waktu untuk menyapa nya lewat chat, call, maupun video call. Ocehan dan manja nya selalu ku rindukan.
Meski begitu, kami masih belum terbiasa dengan perbedaan waktu empat jam antara Sydney dan Indonesia. Terkadang aku menelefon ketika Prilly sedang tidur, namun hal itu justru membuat kami semakin berusaha untuk mengerti satu sama lain.
Prilly... sedang apa dia sekarang..?
Aku meraih ponsel dan mencari kontak Prilly, menekan tombol hijau dan tak lama kemudian aku mendengar suara yang kurindukan.
"Halo?"
"Halo sayang.. "
"Alii kan udah aku bilang mending kita chat an aja... kalo kamu nelfon gini borosin pulsa kamu kan.." akhirnya omelan manja dari bibir nya kudengar lagi.
"Hehe masalah nya aku kangen suara kamuuu.."
"Hmm aku juga sih.. hehe.."
"Kamu lagi ngapain?"
"Lagi makan siang nih.. kamu?"
"Aku masih ngantor.."
"Yaudah kamu lanjutin lagi gih kerjaan kamu... aku nggak mau gara-gara aku kerjaan kamu malah jadi nggak bener ya... "
"Sayang.. aku kan udah bilang berkali-kali kalo kamu tuh nggak pernah jadi pengganggu buat aku.. Malah kamu itu penyemangat utama buat aku..."
"Iihh Alii pokoknya kamu tetep harus fokus sama kerjaan kamu.. biar kamu cepet pulang... "
"Siap, nona Prilly..."
"Jangan sampe telat makan, istirahat cukup.. aku nggak mau kamu sakit... kamu kudu semangat Li.. aku selalu berdoa yang terbaik buat kamu.."
"Iya, makasih banyak ya sayang... yaudah aku lanjut kerja dulu.. nanti kita sambung di chat, oke?"
"Oke sayaang.."
"Always love you.."
"Always love you too.."
Klik.
Aku memutuskan sambungan telefon. Memang benar, hanya Prilly yang dapat menyuntikkan semangat untukku.Kufokuskan kembali pikiranku untuk Syarief Corp. Aku harus mengatasi setiap kerugian dan memulihkan semua nya agar kembali seperti semula. Aku tak ingin mengecewakan siapapun terutama Papa.
Prilly POV
Dasar Ali. Ngeyel nya minta ampun deh. Aku udah bilang jangan kebanyakan nelfon, masih aja nelfon. Tapi ya gitu lah yang nama nya Ali, sifat keras kepala nya masih ada dari SMA nggak berubah.
KAMU SEDANG MEMBACA
I am Untouchable
FanfictionBagaikan angin, aku selalu mengikuti kata hatiku. Aku tak mempedulikan kata-kata orang. Bagaikan angin, aku tak tersentuh. Aku lebih banyak menutup diri terlebih setelah kehilangan kedua orang tua yang kusayangi. Hingga aku bertemu sosok dingin yan...