"Pagi..." sapa Ali membuka pintu ruang inap Prilly.
Prilly yang sedang melamun pun menoleh pada asal suara.
"Pagi.."
"Kok lemes gitu sih.. kenapa? Ini aku bawain bunga buat kamu..." Ali menyerahkan buket mawar putih pada Prilly.
"Waah bungaaaa... makasih sayaanggg..." pekik Prilly merebut bunga pemberian Ali girang.
"Kok kayak nggak semangat sih tadi? Kenapa?" Ali mendongakkan dagu Prilly agar menatapnya.
"Itu Li.. sebel aja.. sendirian di sini.. garing tauu.. Tante Letty katanya sibuk, kamu nya nggak dateng-dateng dari tadi.. jadi sendirian deh.." bibir Prilly mengerucut kesal.
"Uuhhh kasian banget sih pacar nya Ali.... yaudah yang penting kan aku udah dateng sekarang..." Ali menarik kepala Prilly dan menyandarkan di dadanya.
"Loh sayang.. kok baju kamu rapi banget?" tanya Prilly saat menyadari Ali mengenakan kemeja putih dengan bawahan celana kain hitam.
"Mau... jalan-jalan.." jawab Ali santai.
Prilly menjauhkan tubuhnya dari Ali.
"Jalan-jalan?"
"Iya.."
"Aku nggak diajak?" protes Prilly.
"Loh.. aku kesini emang mau ngajak kamu kok..." Ali melempar senyum manisnya.
"Ha? Beneran?"
"Iya.."
Mata Prilly berbinar namun sesaat kemudian ia kembali tertunduk lesu.
"Tapi aku kan masih sakit Li.. masih di infus gini gimana bisa jalan-jalan.." keluh Prilly.
"Udah.. kamu pasrahin semuanya sama aku aja.. asal kamu mau nurutin satu syarat aku..."
Prilly menaikkan alisnya penasaran.
"Syarat apa?"
"Mata kamu harus ditutup pake ini..." Ali mengambil sebuah kain hitam dari saku celananya.
"Dan yang boleh ngebuka lagi cuma aku..."
"Kamu nggak mau aneh-aneh kan?" Prilly memicingkan matanya curiga.
"Apa muka aku masih kurang serius sekarang?"
Prilly menatap lekat wajah Ali yang memang menunjukkan raut seriusnya. Tak ada kebohongan setitikpun yang Prilly temukan.
"Oke oke aku percaya.."
"Hmm.. good girl.." Ali mengecup singkat dahi Prilly.
"Yaudah tunggu disini dulu ya sayang.. aku ambil kursi roda buat kamu.." ujar Ali yang dibalas anggukan oleh Prilly.
'Ali mau ngapain sih..'
Prilly POV
Dengan telaten Ali memapah dan mendudukkan aku di kurai roda. Kantung infus ku ia gantung di tiang yang menempel di kursi tersebut. Hmm sebenarnya kami mau kemana? Tingkah nya sangat aneh saat ini. Kenapa mataku harus ditutup? Menyebalkan.
Aku menurut saja saat kedua tangannya bergerak menutup mataku dengan kain yang dibawanya.
Perlahan aku merasa kursi roda ku bergerak. Entah kemana.
"Ali.. kita mau kemana sih.." satu tanganku memegang tangannya yang sedang mendorong kursi roda dan tanganku yang lain menggenggam buket bunga pemberiannya.
"Udah.. diem aja dulu.."
"Tapi takut.." ucapku ragu. Aku memang takut saat ini. Tak tau Ali membawaku kemana.
KAMU SEDANG MEMBACA
I am Untouchable
FanficBagaikan angin, aku selalu mengikuti kata hatiku. Aku tak mempedulikan kata-kata orang. Bagaikan angin, aku tak tersentuh. Aku lebih banyak menutup diri terlebih setelah kehilangan kedua orang tua yang kusayangi. Hingga aku bertemu sosok dingin yan...