Prilly POV
Sudah dua minggu ini aku menjauhi Ali. Terhitung sejak malam itu.
Malam dimana Ali berkata bahwa ia menyayangiku. Egoiskah aku? Entahlah.Mengapa semuanya menjadi serumit ini..?
Jika berpapasan dengannya aku selalu menge-set wajahku seakan tak terjadi apa-apa diantara kami.
Namun aku sebisa mungkin menghindari Ali. Aku memilih pergi ke perpustakaan ketika istirahat, segera pulang saat pelajaran berakhir, mengobrol seperlunya saja dengan nya, dan membalas sms Ali jika itu berhubungan dengan sekolah.
Maaf kan aku, Ali..
Aku bingung. Bingung sekali. Inikah waktu yang tepat untuk melawan ketakutanku?
Ya, ketakutan ku memang aneh. Aku takut akan kehilangan seseorang yang kusayangi. Apa itu artinya aku menyayangi Ali? Jujur saja, aku menyayangi nya. Bahkan mungkin mulai mencintai nya. Aku tau semua orang disekitar kita akan meninggalkan kita saat nanti waktunya tiba. Tapi aku trauma dengan itu semua. Sudah cukup aku kehilangan Mama dan Papa.
Apa aku merindukan Ali? Sangat.
Aku merindukan tatapannya..
Aku merindukan senyumannya yang selalu memberi semangat padaku..
Aku merindukan candaannya..
Aku merindukan kejahilannya..
Aku merindukan hangat peluknya..
Aku merindukan perhatiannya..
Aku merindukan segala tentangnya..Dia bukan lagi Aliando Syarief yang kulihat pertama kali di lapangan basket indoor. Dia bukanlah Aliando Syarief yang mengganggu acara perkenalan ku dengan gebrakannya di pintu kelas. Dia bukan lagi Aliando Syarief yang dingin, cuek dan arogan.
Dia berubah. Sikapnya yang manis sering membuatku merindukannya.
Namun betapa bodohnya aku sekarang. Aku malah menghindari nya.
Aku melihat kesedihan di mata nya setiap kali berpapasan dengan ku, walau senyuman tak pernah lepas dari wajah tampannya.
Tak jarang aku menangkap basah Ali yang sedang memandangi ku dari jauh.Taukah Ali... aku juga merindukanmu..?
Pernah suatu kali kami tergabung dalam kelompok kerja dalam pelajaran biologi. Benar-benar menjadikan suasana canggung. Tak banyak yang kami bicarakan selain yang berhubungan dengan pelajaran hingga ia berkata..
"Prill.. gue minta maaf.. nggak seharusnya gue ..." namun entah setan apa yang merasuki ku, aku malah meninggalkannya dan ber pura-pura menanyakan sesuatu pada guru biologi.
Aku merasa sangat berdosa sekarang.
Apalagi saat teringat kejadian sepulang sekolah tadi..Flashback on
"Prill...! Tunggu Prill ..! Gue mau ngomong sama lo..!" Ali berteriak sambil berlari ke arah Prilly.
Namun yang dipanggil justru mempercepat langkah nya dan pura-pura tak mendengar hingga Ali terpaksa menarik tangan Prilly.
"Ikut gue ke taman sebentar. Nggak lama.."
"Tapi Li.." ucapan Prilly terdahului oleh tangan Ali yang menarik Prilly.
"Oke. Sekarang gue mau serius." ucap Ali tegas sesampainya di taman.
Prilly hanya menunduk tak berani menatap lelaki di hadapannya itu.
"Gue ngerti ini semua terlalu cepat. Gue tau nggak seharusnya gue bilang kayak gitu ke lo. Gue minta maaf kalo ucapan gue waktu itu justru bikin lo nggak nyaman. Gue juga nggak tau kenapa gue bisa senekat itu.."
Ali menarik nafas sebentar kemudian melanjutkan perkataannya.
"Ini pertama kali nya gue ngerasa sayang banget sama wanita selain nyokap. Jadi gue minta maaf kalo rasa gue ini justru nyakitin lo.. justru bikin lo nggak nyaman. Sekali lagi gue minta maaf..."
"Li..aku.." Buliran air mata mulai menjatuhi kedua pipi Prilly.
"Dan satu lagi, Prill.. lo nggak perlu ngejauh-ngejauh lagi dari gue atau siapapun.. karena gue yang akan bergerak mundur walaupun itu sulit bagi gue..
Asal lo tau Prill.. perasaan gue sama lo ini nggak main-main..
Lo bisa dateng kapan aja ke gue kalo lo butuh..
Kalo misal nantinya, kelakuan gue masih aja ngeganggu lo, lo bisa ngomong langsung ke gue.. dan mungkin saat itu gue bener-bener akan pergi dari kehidupan lo.. maafin gue Prill.." Ali pun pergi tanpa menunggu sepatah kata keluar dari bibir Prilly yang kini mematung dan menangis.Flashback off.
Author POV
Prilly meraih ponsel nya yang berada di nakas dan mendial nomor Mila.
'Aku nggak tau lagi harus cerita ke siapa..'
"Halo Prill.. kenapa?"
"Mil.. aku.. hiks.." Prilly tak mampu lagi membendung air mata nya.
"Lo kenapa Prill.. cerita dong ke gue.. kok nangis gitu..?"
"Ali, Mil..hiks"
"Ali..? Kenapa tu anak..? Biar gue gampar kalo dia macem-macem sama lo.."
"Enggak Mil.. hiks... bukan gitu.."
"Lah? Lo cerita gih makanya.. ada apasih?"
"........." Prilly pun menceritakan secara lengkap pada Mila perihal kejadian yang terjadi belakangan ini.
"Whaaaat? Kenapa gue ketinggalan banyak banget. Hufft lo nya sih main ambil keputusan aja nggak konsultasi dulu ke gue... hahaha.. jadi lo beneran cinta sama Ali kaannn bener kan dugaan gue.."
"Milaaaa hiks.. aku lagi serius nih.."
"Eh iya Prill hehe sorry.. hmm.. gue juga bingung nih.. masalahnya, Ali udah terlanjur bilang gitu.. lo nya juga kenapa gak jujur..?"
"Aku kan udah bilang Mil.. aku takut kehilangan Ali.."
"Yaelah Prill yang namanya kehilangan mah emang nggak bisa dipungkiri... ketakutan lo nggak beralasan Prill.. coba lo pikirin deh gimana perasaan Ali.. dia pasti sakit hati Prill.."
ucapan Mila menohok hati Prilly."Terus aku harus gimana Mil..?"
"Mendingan besok lo coba jujur aja deh ke dia. Gue yakin dia akan dengerin kok. Gue tau dia sayang banget sama lo. Pasti dia dengerin.."
"Tapi Mil.."
"Udah deh Prill.. nggak ada tapi-tapi an.. lo juga harus bisa ungkapin perasaan lo sebelum makin nyakitin lo sendiri nantinya.."
"Mm besok aku coba deh.."
"Nah gitu dong, yaudah gih sekarang lo istirahat. Lo dari tadi galau mulu kan pasti...? " terdengar kikikan Mila.
"Iiih Mila apaan sih.. yaudah aku tutup yaa.. thanks udah mau dengerin plus kasih saran.. see you tomorrow Mill. I love youuu.."
"Hmm yayaya.. love you juga Prill... haha see youuu"
Klik
Prilly menaruh kembali ponsel nya dan membaringkan tubuh mungilnya di kasur.
'Aku harap kamu mau dengerin aku Li.. dan aku harap semuanya nggak terlambat.. aku sayang kamu Ali..'
--------------------------------
Holaaaa!!!
Sempet2 in update di tengah kesibukan mengurus ukk. Sok sibuk hahahaha.
Always say thank youuuu so much for u guys who read my ff, who gave a vote, who left a comment. I love u sooo much♥

KAMU SEDANG MEMBACA
I am Untouchable
FanfictionBagaikan angin, aku selalu mengikuti kata hatiku. Aku tak mempedulikan kata-kata orang. Bagaikan angin, aku tak tersentuh. Aku lebih banyak menutup diri terlebih setelah kehilangan kedua orang tua yang kusayangi. Hingga aku bertemu sosok dingin yan...