Prilly POV
Aku bahagia melihat Ali tersenyum. Alasan dari senyum nya tak lain dan tak bukan adalah kemenangan yang telah diraih tim basket SMA Harum Bangsa.
Aku memberanikan diri menghampirinya untuk sekedar memberi selamat. Di tangan ku ada sebotol air mineral yang telah kubeli sebelumnya.
Hitung-hitung ini adalah balasan atas pertolongan Ali padaku kemarin.Senyumannya tersungging setelah ia membalikkan badan dan melihatku yang berlari kecil menuju tempat nya berdiri.
Entah setan apa yang membuat ku nekat melakukan hal gila ini.
Kedua mata indahnya terus saja menatapku dan hanya kubalas senyum malu-malu.Cupp..
Aku merasakan panas di mataku sekarang. Rasanya air mata ku akan meleleh sebentar lagi.
Ghina datang menghancurkan semuanya sebelum aku benar-benar sampai di hadapan Ali..
sebelum aku sempat mengucapkan selamat pada Ali..
bahkan untuk menyapa nya saja belum kulakukan.Kaki ku seperti terpaku tak dapat bergerak. Hatiku tertohok. Lidahku kelu.
Kejadian Ghina mencium pipi Ali tepat di hadapanku benar-benar terasa menyakitkan.
'Apakah mencintai harus sesakit ini? Atau apakah ini hanya kebodohanku saja yang terlalu cepat mengartikan perasaan aneh ini sebagai rasa cinta?'
Kurasakan sesuatu meluncur menuruni pipiku. Oh tidak! Ini gila! Aku menangis..
Aku berlari sekuat tenaga untuk pergi dari dua makhluk itu. Ghina dan Ali. Pikiranku kalut sekali seperti orang bodoh.Kaki ku tertuntun menuju taman sekolah, tempat yang akhir-akhir ini kudatangi untuk membaca buku atau sekedar menyendiri.
Aku menangis sejadi nya. Aku bingung dengan semua ini. Bingung dengan perasaan ku sendiri.
'Ali.. apa perasaan ini salah..? Apa aku salah jika aku menyayangimu..'
"Ali.. aku benci perasaan ini!! Aku benci harus ngerasa sakit tiap liat kamu sama Ghina!
Aku benci rasa sayang yang bikin aku jadi rapuh kayak gini!" Aku setengah berteriak dalam tangisku.
Aku yakin hampir semua warga sekolah masih berada di lapangan basket sehingga aku tak perlu takut tertangkap basah dalam keadaan seperti ini.
Kupejam kan mataku yang terasa lelah ini.'Maa. Illy minta maaf Illy nangis lagi... Illy sedih, Ma.. Ma.. Mama liat Ali dan Prilly kan dari sana? Apa Prilly salah jika Prilly mencintai Ali, Ma?'
Ali POV
Senyum manis itu menghilang dari wajah ayu nya. Terganti dengan guratan kecewa.
Langkahnya terhenti, tak jadi menghampiriku. Tatapan matanya nanar, tak lagi ceria. Bahkan kini matanya seperti tertutup air yang siap meleleh.Ghina. Gadis itu sungguh menyebalkan! Apa yang dia pikirkan huh! Hingga ia berani mencium pipi ku.
Selama ini aku memang tak memprotes jika ia bermanja ria padaku. Aku tak peduli. Tapi mencium ku? Sungguh hal yang tak kuinginkan. Lancang sekali dia. Aku terpaku beberapa saat.Aku menoleh ke arah Prilly yang masih memandangi aku dan Ghina. Aku melihat kesedihan di matanya.
'Tuhan.. apakah aku telah menyakitinya?"
Dan sekarang bidadari ku itu tengah berlari keluar lapangan entah kemana.
Ia pergi sebelum mengatakan apapun padaku. Bahkan belum menyapaku.
Aku mengusap wajahku kasar. Tak lupa mengusap pipiku yang baru saja bersentuhan dengan bibir hina Ghina itu. Aku ingin menghapuskan bekas nya.
"Apa-apaan sih Lo! " ucapku menghempaskan tangan Ghina yang berada di lenganku.
"Tapi my baby.. aku kan mau kasih selamat buat kamu.." suara genit nya benar-benar membuat ku muak.
"Sekali lagi lo aneh-aneh.. gue minta ke bokap gue untuk keluarin lo dari sekolah ini..! Bukan cuma lo.. boncil-boncil alay lo juga bakal gue tendang dari sekolah ini! " aku membentak persis di depan wajahnya yang kini menunjukkan rasa takut.
Kaki ku melangkah meninggalkannya. Prilly! Aku harus mencari gadis itu.
"Tapi my baby...." Ghina masih saja berlari kepadaku dan menggenggam pergelangan tanganku.
"Lepas gak atau gue telepon bokap gue sekarang juga?! Satu lagi, panggil gue Ali..!"
Ghina menitikkan air mata yang entah tulus atau tidak seraya melepaskan genggamannya.
Aku tak peduli. Aku harus mencari Prilly sekarang.
Taman. Aku yakin Prilly ada di sana. Sudah beberapa kali aku tak sengaja melihatnya duduk di bangku taman.
Dan benar saja.. bidadariku itu memang di sana.
"Ali.. aku benci perasaan ini!! Aku benci harus ngerasa sakit tiap liat kamu sama Ghina!
Aku benci rasa sayang yang bikin aku jadi rapuh kayak gini!" Aku mendengar teriakan di tengah isakannya.Perkataannya membuat ku senang namun juga menyayat hati ku.
Aku senang karena ia menyayangi ku. Namun di sisi lain aku sakit hati mendengar kalimat dari bibir nya yang seakan membenci perasaannya padaku.'Apakah aku se hina itu Prilly? Mengapa kau menepis perasaan itu Prill.. mengapa kau membenci nya? Tau kah kamu di hati ku ini ada perasaan yang sama untukmu?'
Aku menghampiri Prilly yang kini sedang duduk dengan mata terpejam menghadap ke langit. Akupun duduk di sampingnya. Wajah nya benar-benar terlihat cantik saat dipandang sedekat ini namun aku melihat kesedihan di sana. Apakah itu semua karena aku?
Bidadari ku membuka mata nya perlahan. Ia terkejut mendapati diriku yang tengah duduk di sebelahnya. Tapi ia tetap bungkam, tak berkata apapun.
Tubuh mungil itu bangkit berdiri hendak melangkah pergi namun segera kuraih pergelangan tangannya seiring dengan tubuhku yang bangkit dari bangku. Aku menariknya dalam pelukan ku."Ali.."
Ia meronta namun kekuatan nya tak melebihiku yang justru mengeratkan pelukanku padanya. Dan sepertinya ia menyerah. Ia menenggelamkan wajah nya di dadaku. Isak tangis nya malah semakin menjadi. Membuatku semakin merasa bersalah.
Tangan kanan ku mengusap kepalanya lembut berusaha menenangkannya.'Maaf Prill aku bikin kamu sedih..
Maaf karena aku membuatmu membenci perasaan itu..'------------
Sebenernya ada yang baca gak sih huhu hiks sakit hati adek bangggg /?
KAMU SEDANG MEMBACA
I am Untouchable
FanfictionBagaikan angin, aku selalu mengikuti kata hatiku. Aku tak mempedulikan kata-kata orang. Bagaikan angin, aku tak tersentuh. Aku lebih banyak menutup diri terlebih setelah kehilangan kedua orang tua yang kusayangi. Hingga aku bertemu sosok dingin yan...