18

2.7K 263 19
                                    

Malam itu sunyi, Jevian berusaha semaksimal mungkin untuk tidak membuat orang tuanya terbangun sedang ia mengobati luka gores di pipi kiri Jayden

Keduanya terduduk di samping jendela yang memantulkan sinar bulan, Jevian mengobatinya perlahan, kadang ikut berdesis kala Jayden nampak kesakitan

"Kau harus membawanya kembali ke Busan, di sini tidak aman baginya, terutama di sisimu" ucap Jayden diikuti rintihan kecil saat Jevian kembali menyentuh lukanya

"Aku sudah memikirkannya, kita harus membatalkan dokumen-dokumen kepindahannya"

Perbincangan mereka terasa sunyi, Sean tertidur di kamarnya setelah mandi dan berganti pakaian, untungnya tak ada luka apapun di tubuhnya selain goresan kecil di ujung bibirnya dan pergelangan tangannya yang agak lecet karena diikat

Jayden memegang lengan Jevian kala hendak kembali mengoleskan obat, menjauhkannya "Aku bisa mengatur penerbangannya, barang kali ingin perjalanan yang cepat"

Dan mereka kemudian menyadari Sean yang berdiri di ujung ruangan, nampak terbangun dari tidurnya. Jayden menatap Jevian, menunjuk Sean dengan kepalanya, menyuruh Jevian berbicara dengan saudaranya dalam diam

Jevian lantas bangkit, mendekat dengan hati-hati, masih dihantui keraguan, tapi tidak ada lagi waktu untuk menghindar, keadaan sudah menjadi lebih rumit dari sebelumnya

Dan mereka memang butuh untuk bicara, butuh untuk menjelaskan segalanya, butuh untuk bercerita tentang apa yang tidak mereka ketahui

Malam itu, Jevian membawa Sean untuk duduk di atas kasur, menerangkan tentang rencana kepindahan ulangnya

Sedang Sean tak menjawab barang sepatah kata apapun kecuali lirihan di ujung kalimat "Maafkan aku..." ia berusaha sekuat mungkin untuk tidak menangis, menunduk demi menyembunyikan air mata dan penyesalan

Di sisi lain Jevian tidak tau harus bereaksi seperti apa, tak ada satupun kata yang menyatakan dirinya telah merasa baik-baik saja akan kehadiran Sean

"Untuk masa lalu kita, aku minta maaf" Sean susah payah mengambil nafas di sela banjirnya air mata, suaranya bergetar, tangannya saling meremas satu sama lain, dan ia bahkan tak bisa untuk menatap Jevian saat ini

25 Maret 2005

Hari di mana Jevian Malvyn Endrickson dilahirkan, bersama saudaranya, Javier Mylon Endrickson

Mungkin menjadi hari yang membahagiakan, dan menyedihkan di saat yang bersamaan

Jevian lahir secara sehat, ia memiliki berat dan panjang yang normal. Tapi tidak dengan Sean. Sedari ia lahir, daya tahan tubuhnya selalu menjadi masalah, ia sangat mudah sakit, bahkan sedari bayi alat-alat rumah sakit menjadi teman paling dekatnya

Dan masalah terbesarnya adalah fakta bahwa perusahaan Helbert saat itu menjadi perusahaan yang selalu disorot media, semua hal tentang keluarganya akan diketahui oleh satu negara, termasuk lahirnya anak pertama

Di tahun itu, Helbert mau tidak mau harus menyelamatkan reputasi keluarganya di depan publik demi menjaga perusahaannya yang sedang sukses besar-besaran

Dengan semua tuntutan itu, Helbert dan Evelyn sepakat untuk tidak membiarkan media mengenal Javier, mereka hanya memperkenalkan Jevian sebagai putra mereka satu-satunya

Mereka tidak membiarkan seorangpun tau, termasuk Jevian, mereka membesarkannya benar-benar seperti anak tunggal, dan mereka setuju untuk tidak memberi keturunan lainnya setelah kasus Javier terakhir kali

Sejak usianya bulanan Javier akhirnya diasuh oleh bibi dan pamannya di Busan dengan tetap menerima nafkah dan informasi tentang orangtua aslinya. Juga dengan identitas yang baru, Sean Clydiera

Vessel Soft [Jaywon]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang