Tujuh

174 33 72
                                    

Sempiternal
Story by yeolki_

SempiternalStory by yeolki_

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Happy Reading
🌿






Stevy melangkah menyusuri lorong sekolah. Bersama Laras, gadis itu melakukan kegiatannya seperti biasa. Menyapa orang di sekitar termasuk Pak Dadang yang menyapu halaman hari ini.

"Eh? Mbak Stevy berangkat sama Mbak Laras?" tanya Pak Dadang menyadari ada hal yang berbeda dari biasanya.

Stevy memberi senyum hangatnya. Lalu, menjawab, "Iya, Pak. Kebetulan kemarin nginep di rumah Laras."

"Kalau gitu, kita lanjut ke ruang OSIS dulu ya, Pak?" pamit Stevy.

Pak Dadang mengangguk memberi senyum. Laras dan Stevy pun sama, membalas senyum pria paruh baya yang kali ini mengenakan kaus partai berwarna kuning. Sebelum akhirnya, mereka pergi tinggalkan Pak Dadang.

Langkah Stevy kini sedikit lebih mendahului Laras. Sepasang kaki itu memang berjalan sedikit cepat. Membuat Laras yang memilih berjalan santai, mengikuti Stevy di belakang.

"Oh iya, Vi." Laras membuka obrolan di antara keduanya. Tanpa menghentikan langkah, Stevy menoleh pada Laras. Sedikit memelankan jalannya.

"Memangnya, cuman lo yang pegang kunci ruang OSIS?" tanya Laras penasaran.

Stevy menggeleng. "Kunci juga dipegang sama Nala, terus ada adik kelas juga pegang kuncinya," jawabnya.

"Terus, kok cuman lo yang tiap pagi harus cek?" Laras kembali bertanya. Masih dengan rasa penasaran yang sama.

"Karena gue sering pulang lebih awal dan suka titip ke anak-anak buat beresin ruangan sebelum pulang, jadi gue punya tanggung jawab buat pastiin ruangan bersih," Jelas Stevy panjang lebar.

Laras mengangguk mengerti. Namun, penjelasan Stevy belum berakhir. Ia kembali berkata, "Lagi pula, gue punya tanggung jawab soal kebersihan ruang OSIS. Jadi, kalau semisal anak-anak enggak beresin, gue bakal diamuk Nala."

"Nala kalau ngamuk, serem enggak, Vi?" Laras bertanya dengan menahan tawanya.

Stevy spontan mengangguk. Gadis itu bahkan menutup mulutnya. Berusaha menahan tawa. Sembari membuka gembok ruang OSIS, ia berkata, "Waktu itu ada adik kelas, dia lupa bawa proposal. Nala di lokasi berusaha bujuk si sponsor, lah. Untungnya, mereka mau nunggu kita buat ambil proposalnya."

Jemari Stevy melepaskan kaitan gembok itu dari pintu. Mendorong pintu dan membukanya perlahan. Senyum Stevy terpatri. Bersih dan semuanya rapi.

Sempiternal [✔️]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang