Satu

455 52 100
                                    

Sempiternal
Story by yeolki_

SempiternalStory by yeolki_

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Happy Reading
🌿






Seorang gadis berambut sebahu baru saja memasuki area sekolah. Langkah kaki membawa pergerakan riangnya untuk masuk. Netranya berkeliling. Sekedar melihat siapa saja yang sudah datang jam enam pagi. Dan ia, malah temukan pria tua bertubuh kurus tidak terlalu tinggi.

"Pagi, Pak Dadang!" sapanya, pada pria berbaju kaus partai banteng yang kini tengah menyapu taman sekolah.

Pak Dadang, si tukang kebun sekolah itu membalas sapaan gadis itu hangat, "Lho ... Mbak Stevy? Tumben pagi datangnya, Mbak?"

Stevy Gabriella, gadis itu tersenyum manis. Kelopak matanya hampir menutup. Membentuk lengkungan seperti pelangi. "Iya nih, Pak. Saya mau cek ruang OSIS dulu. Takut lainnya lupa beres-beres," jelasnya.

"Kalau gitu, saya lanjut ke ruang OSIS ya, Pak?" Stevy pamit. Jangan lupakan pula bagaimana ia sedikit membungkuk dan memberi senyum pada tukang kebun itu.

Pak Dadang mempersilahkan. Membiarkan Stevy pergi dan kembali melakukan tugas pagi ini dengan rekannya, si sapu lidi. Langkah riang Stevy membawanya ke koridor gedung utama. Bersama tas ransel berwarna kecokelatan, Stevy menghampiri salah satu pintu di sana. Sebuah pintu dengan papan besar bertuliskan 'Hanya OSIS yang boleh masuk!' adalah hal yang menjadi tujuan Stevy.

Sepatu converse hitam itu kini berdiri di depan pintu bercat abu-abu. Sejenak, Stevy merogoh saku rok abu-abunya. Mengambil sebuah kunci dengan gantungan bulu berwarna hijau. Stevy mulai membuka gembok kecil yang mengunci pintu. Gembok terbuka dan Stevy bergegas membuka pintu ruangan OSIS.

Ruangan berbentuk kubus dengan luas sekitar 4 meter persegi itu kini menyapa Stevy. Sorot matanya menelaah setiap jengkal ruangan. Rapi, itu artinya anak buahnya melakukan tugasnya dengan baik. Stevy tersenyum kecil. Lalu, kembali mengunci ruangan itu.

Langkah Stevy kembali berlanjut sedetik setelah meletakkan kunci dengan bulu hijau itu ke sakunya. Sepasang kaki itu membawa Stevy memasuki gedung lain yang menyambung dengan gedung utama. Gedung bertingkat dua yang lorongnya cukup panjang dan kelas Stevy ada di tengah lorong ini.

Stevy beberapa kali memberi senyum pada siswa yang tengah duduk di depan kelas. Tidak terkecuali guru yang baru saja datang dan hendak pergi ke gedung utama. Ini sudah menjadi kebiasaan Stevy sejak awal masuk sekolah. Itulah sebabnya, banyak yang mengenal sosok Stevy di sekolah ini.

Ruangan kelas IPA 2 kini menyapa Stevy yang baru saja datang. Sinar mentari berhasil menerobos masuk melalui jendela besar di kelas ini. Membuat kelas lebih terang dari biasanya. Kaki Stevy pun membawanya masuk ke dalam kelas. Berjalan menuju bangkunya yang berada di tengah ruangan. Bangku nomor dua dari depan, itulah tempat Stevy.

Sempiternal [✔️]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang