Dua Puluh Empat

122 25 62
                                    

Sempiternal
Story by yeolki_

Happy Reading
🌿









Mentari masih bertengger di ujung barat. Lalu langit sudah berwarna jingga yang bercampur dengan ungu dan biru. Awan berkumpul di barat. Sedikit menutup mentari yang masih mengintip kegiatan para gadis hari ini.

Sonya sekali lagi harus menekuk kaki panjangnya. Sembari memposisikan diri agar bisa muat di dalam kamera. Ini susahnya jika kamu bertubuh tinggi, lalu berada di posisi depan. Terlebih jika yang memegang ponselnya adalah Dinda.

Gadis mungil itu sudah mengangkat ponselnya tinggi-tinggi. Hanya saja, tidak membuat Kirana yang berada di belakang muat di kamera. Stevy pun terpaksa berjinjit karena memang tingginya lebih pendek dari yang lain. Terlebih Laras yang berada di depan gadis itu. Mau tidak mau, Stevy harus berjinjit agar muat di kamera.

"Sudah siap?" Dinda bertanya sembari tetap menstabilkan posisi ponselnya. Tidak ada jawaban iya atau tidak. Mereka berlima hanya menjawab dengan gumaman. Sembari tetap setia tersenyum di depan kamera.

Dengan gemetaran, Dinda menyentuh layar benda petakan itu. Menyentuh bulatan putih di sana. Lalu membiarkan kamera menangkap momen ini. Foto ditangkap dan Sonya langsung menegakkan kakinya dengan wajah lelah.

"Biar gue yang pegang, deh. Capek ini kaki ditekuk melulu," omel Sonya dan meraih ponsel Dinda agar ia yang berada di depan.

Sonya memposisikan dirinya di depan. Sementara yang lain tetap berada di posisi yang sama. Dinda memilih mundur dan berdiri di sisi Sonya sambil mengacungkan dua jari. Lagi-lagi, Kirana harus berpindah ke kanan dan ke kiri, agar muat di kamera. Sungguh, mengapa nasibnya seperti ini. Beruntung ia tinggi.

Di sisi lain, Laras merangkul Stevy agar berada di sampingnya. Lalu mereka berpose manis di depan kamera. Sayangnya, mereka tidak tahu saja, jika aktivitas mereka malah menjadi bahan ghibah sosok Chandra Haidar.

"Itu cewek-cewek. Mau foto berkali-kali, yang di-upload pasti cuman satu." Bian terlihat mengangguk setuju. Kakak Stevy itu memilih berkumpul dengan para laki-laki, kecuali Putra. Karena seonggok laki-laki itu pergi membeli minum di salah satu gerai oleh-oleh di dekat sana.

"Si Stevy aja, foto selfie berkali-kali, ujungnya enggak di-upload sama sekali," ungkap Bian sambil menatap kedua teman adiknya bergantian.

Kini, tampak Malvin penasaran dengan pernyataan itu. Terlihat bagaimana matanya yang membulat ketika mengetahui fakta menarik tentang Stevy. "Serius, Kak?" tanyanya.

Bian mengangguk. "Dia bakal upload foto kalau memang mood dan ada bahannya aja," jelasnya.

Malvin mengangguk mengerti sekarang. Ia paham mengapa Stevy jarang sekali meng-upload foto di sosial media. Gadis itu bahkan hanya mengunggah momen penting di feed Instagram. Lalu memberi foto kegiatan sehari-hari di instastory. Dulu, Malvin mengira gadis itu terlalu sibuk belajar. Namun sekarang, ia paham alasan sebenarnya.

Sempiternal [✔️]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang