[TAMAT DI KARYAKARSA] Sempiternal
[adj] berarti abadi, kekal dan tidak berubah.
-----------------------------------------------
Stevy berpikir hubungan persahabatannya akan selalu berjalan mulus, tetapi siapa sangka pernyataan cinta dari sosok Malvi...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Happy Reading 🌿
Stevy turun dari boncengan motor Sccoopy varian stylsh brown keluaran 2017 milik kakaknya. Tangannya mencoba melepaskan kaitan helm hitam polos dengan tulisan Honda di belakangnya itu. Lalu, meletakkan benda itu ke kaca spion. Dan melenggang pergi tinggalkan Bian yang terlihat sibuk dengan ponselnya.
Kaki dengan sepatu hitam, kini melangkah masuk ke dalam rumahnya. Sebelumnya, Stevy sempat menggesek alas sepatu itu dengan pengesat kaki bertuliskan kata welcome. Agar tidak kotor ketika masuk rumah. Cukup lama ia gesekkan alas sepatunya dengan pengesat kaki yang terbuat dari sabut kelapa. Apalagi, saat di sekolah tadi, Stevy tidak sengaja menginjak lumpur. Jadi, bisa dipastikan alas sepatu hitam itu amat kotor.
Gadis itu celingak-celinguk. Melihat ke dalam rumah. Sekedar mencari sosok yang ingin ia cari. Siapa lagi, jika bukan Bunda. Stevy berencana untuk meminta ijin pada Sonia. Tidak ada harapan lagi selain pada wanita itu. Jika Ayah tidak izinkan, mungkin Bunda akan memberi izin, 'kan?
"Bunda, Bian pulang!" Bian datang setelah sekian lama bertahan di dekat motornya. Ia mendapati sang adik masih bertahan di ruang tamu. Gadis yang tengah menatap Bian tanpa ekspresi.
"Kenapa lo masih di sini? Biasanya, langsung pergi ke kamar," tanya Bian aneh.
Sang adik sepanjang minggu ini akan buru-buru ke kamar. Mereka hampir jarang bertemu ketika di rumah. Bian akan bertemu dengan Stevy saat gadis itu keluar kamar mengambil makanan atau mengantarnya pergi ke sekolah. Dan ketika Stevy meminta dijemput.
"Stevy mau nemuin Bunda dulu, Kak," jawab Stevy lalu memberi senyum yang menunjukkan deretan giginya.
Bian mengangguk mengerti. Ia lalu berkata, "Bunda mungkin di dapur. Ke dapur aja sana."
Stevy mengangguk kecil. Setelahnya, Bian melangkah masuk. Menaiki anak tangga menuju lantai dua di mana kamarnya berada. Stevy berjalan perlahan menuju dapur. Ia takut bertemu sang ayah. Itu saja.
Gadis itu kini berdiri di sisi kabinet. Menatap bundanya yang sedang memotong wortel kali ini. "Bunda," panggil Stevy.
Sonia memalingkan wajahnya. Menatap sang anak yang baru saja pulang dan masih mengenakan setelan lengkap seragam SMA. "Lho? Stevy udah pulang ternyata. Pulang sama siapa, Sayang? Sama Kak Bian atau-"
Sonia mengangguk mengerti. Wanita itu memberi senyum meskipun terlihat canggung. Stevy bingung ingin merespon apa. Ujungnya, ia memilih membalas senyum itu.
"Ini Bunda masih belum selesai masak. Jadi, Stevy bisa mandi dulu, gih. Nanti, Bunda panggil kalau makanannya udah siap," jelas Sonia sambil kembali bersiap memotong wortel.