Tujuh Belas

128 26 55
                                    

Sempiternal
Story by yeolki_

Happy Reading
🌿










"Katanya, dia enggak ada apa-apa sama Putra. Mereka cuman sebatas tetangga." Kirana jelaskan apa yang ia dapatkan tadi. Ya, gadis itu menghampiri adik kelas yang menjadi incaran mereka kemarin. Sesuai perintah Stevy, Kirana bertanya perihal hubungan mereka saja. Dan itulah yang ia dapat.

"Tetangga beda kompleks lebih tepatnya," tambah Kirana setelah mengingat bagaimana gadis bernama Ajeng itu mengatakan fakta terkait kata tetangga di antara keduanya.

"Beda kompleks?" tanya Stevy agak sedikit aneh dengan kata itu.

Kirana mengangguk. Meskipun sebenarnya, ia sedikit curiga. Hanya saja, Kirana mencoba berpikir positif. Mungkin saja, ibu mereka satu geng arisan, begitu pikirnya.

Sementara itu, Stevy yang kini masih duduk di bangkunya diam sejenak. Ini aneh. "Buat apa kalau beda kompleks, pulang bareng?" tanyanya.

Kirana menaikkan bahu. Lagi pula, otaknya sudah lelah berpikir tentang rumus fisika tadi. Ia tidak mau mengurus hal yang membuat dirinya semakin pening. Cukup fisika dan matematika yang membuat otaknya pecah. Hal lain tidak boleh ikut. Termasuk Chandra.

Di sisi lain, Stevy masih berpikir dengan fokus. Bahkan ia sudah tidak peduli bagaimana Kirana bermain ponsel. Menggulir-gulirkan layar benda petakan itu. Melihat hal lucu di Twitter. Stevy hanya ingin tahu mengapa Putra lakukan ini? itu saja.

Tangan gadis itu mengepal seketika. Menggenggam bolpoin merah muda milik Laras dengan kuat. Ia mendengus kesal. "Tahu gitu, gue enggak restuin mereka pacaran dulu," kesal Stevy.

"Restuin siapa?" Laras mendadak muncul bersama yang lain. Mereka baru saja kembali dari kamar mandi. Terlihat, bagaimana Dinda membawa pouch kuning baru-pouch Dinda pernah dirampas guru dulu karena membawa make up-berisi sabun muka juga mungkin bedak dan lipbalm. Lalu wajah Marissa yang sedikit lebih cerah dari sebelumnya.

Stevy menatap Laras dengan wajah kesal. "Itu lho, si-"

"Guys, Sabtu minggu depan Putra mau ajak kita jalan-jalan ke Taman Bakau. Kalian ikut, enggak?" Dinda menyambar datang dengan riang. Raut wajahnya begitu senang. Sampai ia pun tidak sadar sudah menyela keluhan Stevy. Ia menatap Kirana dan Stevy bergantian. Menunggu jawaban mereka.

Kirana beralih atensi dari ponselnya. Menatap Dinda dengan anggukan kecil. "Kebetulan minggu depan gue enggak ada latihan drama. Jadi, gue bisa ikut," jawabnya.

Stevy memilih diam sejenak. Bukan untuk berpikir tentang Putra dan Dinda lagi. Namun, apa ayahnya akan izinkan Stevy pergi? Sepertinya tidak. Rasanya, mereka pun pasti akan mengerti Stevy tidak akan bisa ikut. Jadi, ia memilih menyunggingkan senyum.

Dinda melihat senyuman itu. Namun, belum sempat ia utarakan rengekan pada Stevy, Marissa-ia sudah mendengar berita ini saat ke kamar mandi tadi-bertanya, "Ngomong-ngomong, nanti siapa mau tebengin gue, nih? Motor gue masuk bengkel dari kemarin."

Sempiternal [✔️]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang