Empat Puluh Lima

23 8 10
                                    

Sempiternal
Story by yeolki_

SempiternalStory by yeolki_

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Happy Reading
🌿



"Bantu gue buat kejar Putra sekarang!"

Malvin memasang wajah linglung penuh kebingungan. Ia tidak paham maksud Stevy. Sungguh, untuk apa mengejar Putra? Dan mengapa gadis berambut sebahu itu, malah semakin terlihat kesal karena tidak mendapatkan respon dari Malvin?

Stevy menatap laki-laki dengan helm berwarna hitam itu dengan jengah. Ia tidak punya waktu banyak. Namun, bukannya menjawab sesuai ekspetasi, Malvin malah diam dan sesekali mengedipkan mata. Seperti orang kebingungan dan otaknya bekerja begitu lamban. Sejenak Stevy berpikir, apa sekolah salah memberi peringkat? Mengapa Malvin malah mendadak menjadi Kirana kedua?

Tanpa sepatah kata lagi, Stevy menaiki boncengan motor Malvin. Dengan duduk menyamping dan sesekali membenarkan roknya, gadis itu menyentuh bahu Malvin. Setidaknya, membuat laki-laki itu sadar dari kebingungannya. "Yuk, buruan! Kejar Si Putra cepet!" perintahnya.

Sialnya, bukan menancap gas, Malvin malah bertanya dengan linglung, "Buat apa kejar Si Putra? Gue enggak paham ini situasinya."

"Udah, lah! Enggak keburu. Cepet kejar si Putra sebelum makin jauh!" Stevy semakin mengomel kali ini. Bahkan ia menepuk-nepuk bahu Malvin berkali-kali, agar teman sekelasnya itu mau menancap gas dan membawanya pergi mengejar Putra.

Sesuai keinginan, Malvin akhirnya menancap gas. Tetapi, ia malah membawa motornya pergi ke arah selatan. Membuat Stevy semakin memukul bahunya dan semakin mengomel.

"Ke arah sana, Vin! Putra pergi ke sana!" omel Stevy sambil menunjuk ke arah utara, di mana motor Putra melaju dan masih terlihat dari kejauhan.

Malvin memutar arah motornya. Lalu melaju menuju arah utara. Mengejar Putra yang masih terlihat jauh. Stevy memantau Putra dari kejauhan. Tentu saja dengan omelan dan makian yang terarah pada laki-laki itu. Enak saja, membuat Dinda teracuhkan, sekarang malah tertangkap basah membonceng adik kelas lagi. Sungguh, jika begini Stevy tidak akan pernah memberikan restu pada Putra kala itu. Menyebalkan.

Di kala Stevy memaki Putra, Malvin malah mencoba menahan deru jantungnya agar tidak berpacu cepat. Sungguh, mimpi apa laki-laki itu semalam. Hari ini, Stevy malah duduk di boncengannya. Seperti mimpi, tapi ini nyata. Mungkin sebentar lagi, Malvin harus menjaga boncengan motornya agar tidak dipakai siapa pun. Bahkan meskipun itu ibu dan kakaknya.

Laju motor Malvin tidak terlalu kencang. Stevy bisa merasakan itu. Meskipun ini kecepatan standar, cuman tetap saja Putra tidak akan terkejar dengan cepat. "Malvin! Buruan, dong! Itu Si Putra makin jauh!" omelnya lagi.

Malvin menurut saja. Ia menaikkan laju motornya dan berhasil bergerak lebih cepat. Stevy semakin syahdu memantau Putra yang semakin dekat itu. Sampai ketika motor mereka berjejer, Stevy melihat Putra yang tengah fokus menyetir dan kabur darinya.

Sempiternal [✔️]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang