Tiga Puluh Delapan

32 10 0
                                    

Sempiternal
Story by yeolki_

SempiternalStory by yeolki_

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Happy Reading
🌿







Di tengah sakit, bukannya istirahat, Stevy malah membaca buku pelajaran. Niatnya, ia ingin bersekolah besok. Lagi pula, rasa pusingnya tidak terlalu terasa sekarang. Bahkan panasnya sudah berangsur turun. Gadis itu pun, sudah menghabiskan dua mangkuk bubur hambar buatan Sonia. Dan sebentar lagi, Bunda akan kemari membawa buburnya lagi.

Sepanjang hari, Stevy habiskan hari dengan berada di kamar. Setelah minum obat, ia akan tidur sejenak. Lalu bangun, bukannya beranjak ke luar kamar, Stevy malah mengambil buku diktat. Tidak peduli tubuhnya yang lemas dan otaknya yang begitu lamban berpikir-mungkin efek obat.

Sebuah ketukan pintu mengalihkan atensi Stevy. Buru-buru, ia letakkan buku pelajarannya di sebuah meja kecil dekat kasur. Stevy tidak mau saja Bunda melihatnya sibuk belajar di kala sakit. Stevy harus istirahat total. Bahkan, Sonia tidak akan izinkan gadis itu masuk lagi besok, jika tidak mau istirahat. Itu sebabnya, Stevy harus berpura-pura tidak melakukan apa pun di atas kasur.

Gadis itu menyandarkan punggungnya pada kepala kasur. Lalu, membenarkan selimut yang menyelimuti diri. Siap. Sekarang Stevy siap untuk menikmati bubur hambar yang tidak ia sukai itu.

Pintu kini terbuka. Bukan menunjukkan Sonia dengan nampan berisi bubur. Namun, sosok Marissa yang membawa nampan berisi bubur dan segelas air. Jangan lupakan obat tablet yang masih lengkap dengan wadahnya itu.

Stevy tentu terkejut menemukan teman-temannya. Wajahnya begitu sumringah kali ini. Meskipun hati kecilnya berharap Sonya muncul setelah Dinda. Namun sayangnya, setelah gadis berkepang dua itu, tidak ada seseorang lagi. Stevy hanya bisa menarik napasnya panjang. Mungkin Sonya belum memaafkannya.

"Kalian ngapain ke sini?" tanya Stevy sedetik setelah Marissa duduk di pinggiran kasurnya.

Dinda terlihat paling antusias kali ini. Bahkan gadis itu merangkak naik ke atas kasur Stevy. Mengambil boneka teddy bear berukuran sedang dan memangkunya. Lalu, ia menjawab, "Ya, jenguk lo, lah."

Stevy lantas menatap kawan-kawannya itu bergantian. "Gue enggak apa-apa, kok, Guys. Besok gue bakal masuk," yakinnya.

"Bohong! Kata Tante Sonia, lo sakit panas. Malah, enggak bisa bangun tadi pagi," balas Laras dengan nada mengomel.

Gadis yang terduduk di kasur itu lantas tersenyum kecil. Memunculkan deretan giginya. Sial, ia lupa jika di antara semua temannya, hanya Laras yang bahkan seperti mata-mata Bunda. Ia bahkan bisa mengetahui info terkait Stevy lebih awal, dibandingkan yang lain. Termasuk hari ini.

"Kalau gitu, lo makan ya, Vi? Kata Tante Sonia, lo harus makan buburnya biar cepet sembuh," ujar Marissa. Kali ini ia meminta Kirana memegang nampannya sejenak. Lalu, mengambil mangkuk bubur dan bersiap menyuapi Stevy.

Sempiternal [✔️]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang