Enam Belas

145 28 50
                                    

Sempiternal
Story by yeolki_

SempiternalStory by yeolki_

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Happy Reading
🌿






Hening. Tidak ada suara apa pun selain suara mesin mobil dan lalu lalang kendaraan lain di jalanan. Langit masih berwarna jingga keunguan. Sang surya pun masih bertahan di balik gumpalan awan.

Beberapa penjual asongan terlihat di pinggir jalan. Menjajakan makanan yang biasanya akan muncul pada malam hari. Stevy bisa melihat asap mengepul di sebuah gerobak sate dekat lampu merah. Bau makanan itu pun sampai masuk ke dalam mobil entah melalui mana.

Suara gemuruh di perut Stevy muncul, menandakan jika gadis itu sudah tergoda dengan bau sate Madura. Namun, itu tidak lama. Karena Wawan-pria yang masih kenakan kemeja batik-melajukan mobilnya lagi. Tepat ketika lampu lalu lintas berganti hijau.

Jika Stevy tidak dalam rencana mendiamkan ayahnya sampai beliau berubah, ia mungkin akan merengek meminta sate. Meskipun, pria itu pasti akan mengomel dan berkata, "Bunda sudah masak buat kita di rumah. Enggak usah beli sate."

Wawan akan hentikan mobilnya dan membeli sate. Sialnya, Stevy terlalu gengsi. Jadi, Stevy hanya bisa pasrah kali ini. Mengikhlaskan sate Madura yang hanya menjadi angan-angan.

Perjalanan kembali berlanjut. Jalanan tidak terlalu macet. Meskipun banyak motor yang ditunggangi orang-orang berseragam dari salah satu pabrik di kota ini cukup mendominasi. Stevy menghela. Batinnya bertanya, Kapan Ayah akan memulai obrolan di antara kita?

Lampu merah kembali menghentikan mobil itu. Sembari mengetuk-ngetuk setir mobil, Wawan melirik sejenak pada anaknya. "Cowok tadi siapa?" tanyanya.

Atensi Stevy beralih. Menatap ayahnya yang kembali fokus menyetir. Ia lalu menjawab, "Temen sekelas Stevy."

"Bukan pacar, 'kan?" tanya Wawan lagi.

Stevy tentu saja menggeleng. Meskipun Malvin menyatakan perasaan padanya, bukan berarti mereka berpacaran. Stevy sudah menolaknya.

Tampak kini Wawan mengangguk mengerti. Sembari mengerem mobilnya sejenak ketika hendak menyeberang. Lalu, kembali melajukan mobilnya perlahan.

"Awas aja kalau itu ternyata pacar kamu. Fokus belajar dan jangan pacaran, Ngerti?" tegas ayah Stevy sambil memutar kemudinya saat hendak berbelok.

Stevy hanya mengangguk. Lagi pula, ia memang ingin fokus pada sekolahnya. Jadi, ini tidak akan masalah. "Ayah cuman enggak mau kamu malah masuk ke lingkungan enggak bener," lanjut Wawan kembali menegaskan.

Pria dengan kemeja batik itu kini memutar kemudinya lagi. Lalu kembali berucap, "Jadi, Ayah harap kamu enggak rusak kepercayaan Ayah."

Sempiternal [✔️]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang