Empat

232 38 62
                                        

Sempiternal
Story by yeolki_

SempiternalStory by yeolki_

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Happy Reading
🌿








Sonya Yovika. Gadis berwajah oval dengan alis tebal itu berjalan menghampiri bangku Stevy. Langkahnya sedikit mengendap-endap. Mencoba agar tidak diketahui target. Bahkan, Sonya menempelkan telunjuk pada bibir, sedetik setelah gadis di sisi Stevy menyadari pergerakannya.

Dan akhirnya, "Dor!"

"Eh, ayam!" Stevy spontan berkata 'ayam' ketika kaget. Terkadang tidak hanya ayam. Nama binatang lain seperti, babi dan anjing pun juga tidak sengaja ia ucapkan ketika khilaf.

Sonya tertawa tanpa henti ketika melihat wajah kaget Stevy. Laras pun sama. Sementara Stevy, gadis itu mengelus dadanya. Hampir saja jantungnya copot dan jatuh ke jantung.

"Malah ketawa! Kaget, nih!" omel Stevy, gadis itu bergantian menatap kedua sahabatnya dengan kesal.

Sonya pun berujar dengan penyesalan, "Ya, sorry."

Stevy menatap Sonya sengit. Hanya akting. Karena sebenarnya pun, Stevy tidak masalah jika teman-temannya itu membuatnya terkejut. Asal tidak sampai jatuh dari kursi saja.

Laras yang melihat tatapan sengit sahabatnya itu bersuara, "Hayo, Sonya! Stevy marah lho!"

Sonya menarik bangku yang ada di dekatnya. Menariknya tepat di sebelah meja Stevy. Sonya pun duduk di sana, mengadap Stevy dengan wajah memelas. "Stevy, maafin gue, ya? Please?"

Stevy enggan bergeming. Ia tetap setia dengan akting merajuknya. Memalingkan wajah sambil menahan tawa. Sonya kembali merengek meminta maaf. Sesekali tangannya menarik rok abu-abu gadis itu. Membuat Stevy tidak tega dan menatapnya dengan tertawa kecil.

"Gue bercanda Sonya! Enggak perlu minta maaf, ih!" ungkap Stevy.

"Gue 'kan, takut lo marah lagi." Sonya menunduk seketika. Seperti menyesali perbuatannya karena tidak bisa ikut serta ke perayaan 2 tahun mereka. Meskipun, acara tersebut tidak akan diselenggarakan.

Stevy mengukir lengkungan manis di wajahnya. Gadis itu menepuk bahu Sonya. Sekedar meminta Sonya untuk mendongak dan menatap Stevy.

"Masalah kemarin, lupain aja. Enggak perlu lo pikir lagi. Lagi pula, acaranya enggak jadi, 'kan?" jelas Stevy.

Namun, gadis yang duduk menghadap dirinya itu berkata, "Tapi, kalau gue sama lainnya ikut, acara itu bakal ada."

Jemari lentik Stevy kini menyentuh punggung tangan Sonya. Tangan dengan cat kuku berwarna bening yang berada dipangkuan Sonya. Senyum Stevy kembali berkembang. "Selama lo, gue dan lainnya tetap bersama, itu jauh lebih penting dari perayaan yang batal."

Sempiternal [✔️]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang