CHAPTER 2

4.8K 249 4
                                    

Alishaba mengetuk pintu kamar milik pria yang baru menjadi suaminya. Tak lama kemudian perasaan bimbang terganti helaan napas kasar ketika, suara sengak Samson terdengar dari dalam. Perlahan ibu dua anak tersebut masuk usai sang pemilik mempersilakan.

Tepat di depan sana, Samson dengan angkuhnya melirik malas. Dari kursi sofa kulit yang diduduki, dia mengedikkan dagu meminta sang istri untuk mendekati.

"Cukup dramanya, Sam." Suara datar Alishaba terdengar begitu Samson hanya terdiam lama dan memandang intens.

Tersenyum tipis, pria bertubuh besar lantas memasang raut wajah serius. "Apa yang kita lakukan saat ini adalah impian di masalalu. Menikah dan hidup bahagia. Bukankah begitu?"

"Itu hanya ucapan tak berdasar anak remaja." Alishaba lantas muram sesaat teringat yang dulu. Apa yang diucapkannya justru menjadi bumerang.

"Andaikan kamu tidak menikahi lelaki jelek itu, sudah pasti kamu tidak mengalami kesulitan." Samson mengepalkan kedua tangan.

"Mauku sekarang kamu menjadi istri penurut, jangan banyak tingkah."

Perempuan itu memejamkan mata sekilas. Baiklah ia mengalah. Meski begitu, Alishaba tak percuma menyanggupi, permintaan penting haruslah dituruti.

"Perlu kamu ketahui, mulai detik ini kamu juga harus menyayangi Faith dan Elea."

Samson lantas menyetujui. Hanya memberi materi dan masa depan cerah, itu saja, tentu mudah.

***

Perbincangan mereka tak bertahan lama karena terdengar tangisan salah satu putri Shaba. Sebagai ibu yang baik tergesa ia berpamitan dan ingin melihat keadaan mereka. Tiba di meja makan, Alishaba berusaha maklum saat Elea kurang begitu nyaman bersama orang asing, alhasil anak itu cemas dan berakhir menangis kencang.

"Tidak apa-apa, ibu di sini." Elea masih sesenggukan di pelukan sang ibu, sementara Faith terdiam lucu seraya mengunyah ayam goreng.

"Maafkan saya nona, saya lalai."

Suara lirih dari pelayan hanya dibalas senyum tipis. Meskipun Shaba tidak memperpanjang, tetapi tatapan tajam dari sang tuan membuatnya ketakutan. Ternyata diam-diam Samson mengikuti istrinya saat tergesa keluar dari kamar. Tak butuh waktu lama, pelayan tersebut langsung undur diri. Kini Faith dan Elea, Shaba yang mengurusi.

"Elea, mau apa? Ibu suap?" tanyanya mengusap lembut pipi basah sang anak.

Dengan bibir mencebik lalu malu-malu, ia pun mengangguk.

"Faith juga mau disuap, Ibu." Tidak mau kalah, sang saudara mendorong piring miliknya.

Tawa lembut Shaba menyentuh relung hati Samson yang diam-diam mendengar kebersamaan mereka.

"Paman mau?" Faith bertanya dengan suara ragu begitu melihat keberadaan lelaki itu.

Samson terperangah, terkejut mendapati anak sang pujaan menyodorkan ayam goreng yang sudah tergigit menggunakan jemari imutnya.

Keterdiaman Samson menjadikan Shaba menarik napas. Ada segenap keinginan agar pria itu benar-benar berniat menerima kedua buah hatinya.

"Ah, tidak perlu. Makan saja, habiskan." Samson sedikit kikuk menjawab. Tak hanya bingung, ini untuk pertama kalinya dia berinteraksi pada anak kecil. Tanpa disadari dia pun mulai melunak.

"Duduklah, Sam."

Samson tentu pintar untuk mengetahui maksud terselubung wanitanya. Tanpa ragu, ia duduk melihat bagaimana sang istri sangat cantik saat menyuapi Faith dan Elea. Auranya tampak keibuan.

Life Recently [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang