CHAPTER 8

2.8K 139 2
                                    

Alishaba merasa canggung sekamar dengan Sam. Bagaimana tidak, jika biasanya kamar luas terasa ramai akan kehadiran si buah hati kini yang tersisa hanya tinggal mereka saja. Tak hanya kecanggungan dan keheningan, aura sang suami juga terlihat berbeda. Sam tampak jauh lebih pendiam.

Menarik napas panjang, perempuan dengan gaun tidur satin melangkah ragu menuju peraduan. Ekor mata Alishaba menangkap gerakan Sam yang turun dari ranjang, apa iya lelaki itu berniat pergi setelah melihatnya hendak bergabung ke ranjang?

"Mau ke mana?" tanya wanita itu tak tahan.

Sam yang hendak membuka pintu menoleh. "Ada urusan sebentar. Kamu tidur saja duluan."

Setelah menjawab bernada datar, tak lama pria itu menghilang di balik pintu. Alishaba lantas mengerjap heran. Semakin aneh saja gerak-gerik suaminya. Ada apa sebenarnya? Mungkinkah Sam tidak setuju Faith dan Elea mulai dekat dengan kakek-neneknya? Namun, pemikiran itu langsung ia tepis.

Berusaha berprasangka baik, Alishaba memutuskan berbaring di ranjang seraya menarik selimut hingga ke dagu. Lagipula waktu semakin larut menunjukkan pukul setengah sebelas, tak lama perempuan itu memejamkan mata tidak terlalu peduli akan perubahan sifat suaminya.

Di dapur, pria bertubuh atletis itu meneguk cepat air dingin. Setelahnya ia taruh gelas kosong ke dalam kitchen sink. Sam tak berniat kembali ke lantai atas, benaknya berkelana mengenai perkataan papanya. Sudah lebih dari seminggu menikah tidak ada tanda-tanda Alishaba menyerahkan haknya.

Mengingat bahwa perempuan itu belum sepenuhnya menerima pernikahan ini menyebabkan rasa tak senang di hati. Jangan sampai Alishaba masih mencintai mantan suaminya sehingga wanita itu enggan disentuhnya. Memikirkan hal itu darah Sam pun bergejolak.

"Sam?!"

Pria itu menoleh dengan raut wajah muram mendapati mamanya sudah berada di belakang. Sepertinya wanita itu hendak membuat susu terbukti dengan dua dot di tangan.

"Ada masalah?" tanya Jelena mulai menangkap sinyal tak beres.

Pria itu menggeleng.

Walaupun tak yakin dengan gelengan itu, Jelena mengangguk. Ia sungkan ikut campur mengingat putranya sudah dewasa.

"Sana ke kamar, jangan tinggalkan Alishaba sendirian."

Tidak ingin sang ibu mencurigai, pria itu patuh lalu melangkah pergi menyusul sang istri.

Sepeninggal Sam, perempuan yang masih tampak cantik di usia hampir 60 tahun pun berdecak. Terlalu lama memandang punggung lebar sang putra, Jelena bergegas membuat susu untuk cucunya.

***

Mendengar pintu terbuka, Alishaba yang belum sepenuhnya tidur langsung membuka mata. Di antara keredupan lampu tidur, bayangan tubuh Sam mulai mendekati ranjang. Pria itu terduduk di pinggir memperhatikan istrinya yang telah terkapar di sisi kasur.

"Ada apa, Sam?" Suara Alishaba terdengar serak, lantas perempuan itu berdehem pelan.

Masih menatap wajah natural, Sam tak berniat menjawab.

Hawa kamar mulai terasa intim, Alishaba bergerak membuka selimut lalu ikut duduk menghadap.

Lama keduanya bungkam, terdengar helaan napas berat milik Sam. Pria itu beralih menatap dinding yang menampilkan foto pernikahan mereka. Di sana, hanya dirinya yang tersenyum bahagia sementara pengantin perempuan tampak tak sudi bersanding dengannya.

"Kamu yakin baik-baik saja, Sam?" Kini Alishaba mulai khawatir. Keterdiaman pria itu seolah menciptakan jarak. Tidak ada Sam si pemarah ataupun si ramah.

Life Recently [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang