Sebuah mobil hitam tampak mengikuti kedatangan Jelena di hunian rumah kayu. Mobil itu memiliki tiga penumpang pria berbadan kekar.
Namun, yang menggelikan, sesaat keluar, salah satu dari mereka tengah menggendong seekor anjing lucu berjenis pomenarian. Anjing dengan nama lain, Spitz Jerman kecil merupakan salah satu yang sangat populer. Memiliki bulu lebat dan tebal, serta wajah lucu dengan ekspresi yang menggemaskan.
Jelena hanya disambut Sam mengingat sang mama tiba tepat jam sembilan malam. Anak-anak dan istrinya sudah terlelap di kamar.
Perempuan itu juga tak sempat menemui sang cucu karena takut mengganggu. Alhasil, setibanya di kamar tamu, wanita paruh baya itu lekas membersihkan diri kemudian segera beristirahat. Namun, belum sempat punggung Jelena menyentuh empuknya ranjang, ketukan pintu mulai terdengar.
Sambil mencepol rambutnya yang beberapa helai memutih, ia pun membuka pintu lebar-lebar. Tampak Alishaba berdiri dengan raut wajah masih pucat.
"Astaga! Kenapa bangun, Shaba?" Jelena kian merasa sungkan telah mengganggu waktu tidur menantunya.
"Shaba ngotot ingin bertemu Mama. Istriku merasa segan karena nggak menyambut kedatangan Mama," sahut Sam tiba-tiba berada tepat di belakang istrinya.
Shaba sendiri meringis kecil, gaun satin yang dikenakan malam ini menghipnotis atensi Jelena. Perempuan paruh baya itu, tersenyum isyarat makna.
"Mama, sudah makan?" tanya Shaba membuka suara, alih-alih menanggapi ucapan suaminya.
"Oh, tentu udah. Sore tadi Mama mampir ke rest area," jawabnya kalem. "Kamu jangan berdiri terus, duduk aja ya. Kamu kan belum pulih sepenuhnya."
Ajakan sang mertua, tak bisa ditolak oleh Shaba ketika lengannya ditarik lembut menuju kursi. Kini ketiganya duduk nyaman. Di atas meja, juga sudah tergeletak aneka menu makanan bergizi. Jelena mana lupa akan misinya kali ini.
"Masih terasa pusing?" tanyanya. Jelena tak sungkan menunjukkan perhatian.
Alishaba tersenyum tipis lalu menggeleng. "Kalau malam begini udah mulai mendingan. Cuma, bangun tidur pagi, rasanya seluruh badan, pegal-pegal."
Jelena mengangguk mendengarkan. Tapi, sorot matanya tak bisa ia palingkan dari beberapa bagian tubuh milik Alishaba. Area lekukan dada dan pinggang tampak bertambah ukuran. Jelena bersorak, dalam diam.
"Atau kamu mau mencicipi salad buah?" Jelena lekas berdiri membuka dua kotak berisi salad yang ia beli sore tadi.
Melihat potongan beberapa jenis buah segar serta ditaburi keju dan mayones, air ludahnya hampir menetes. Tanpa pikir panjang, wanita itu menerima salad dari tangan Jelena yang telah dipindah ke mangkuk kaca.
"Terimakasih, Ma. Tapi... Shaba mau makan ini di kamar aja," katanya sedikit terbata. Sedari tadi, perempuan itu baru sadar telah lama mengacuhkan suaminya.
"Boleh, nggak apa-apa. Kamu pergilah ke kamar. Mama di sini biar ditemani Sam."
Merasa Jelena tak keberatan, dengan langkah kaki terseret disertai senyum tipis Alishaba berderap meninggalkan ruang makan.
Tak lama, Jelena berdehem usai melihat punggung Shaba menghilang dibalik pintu. Ia menatap lekat sang putra. "Kamu nggak sadar ya?"
Ditanya dengan kalimat ambigu, Sam mengernyit bingung.
Gemas karena Sam tak juga peka, Jelena berdecak tak sabar. "Istrimu itu seperti orang berbadan dua."
Mendengarnya, bola mata Sam melebar. Sejenak ia kesusahan membuka suara, bibirnya terasa kelu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Life Recently [END]
RomanceKalau saja saat itu Alishaba menerima pinangan Sam, ia tidak akan terlantar dengan keadaan memiliki anak kembar. Mantan suami yang dahulu paling ia harapkan, ternyata hanya membawanya pada sebuah kesengsaraan. Tubuh kecil putri kembarnya, tampak lay...